dakwatuna.com – Dia cerdas memahami pikiran dan bahasa orang. Dalam dunia yang penuh ambigu, kita semua beruntung jika memiliki penerjemah. Pesan Yusuf sederhana, namun dalam, ‘Hidup dan biarkan hidup’. Untuk keadilan dan demokrasi itu, dia berkali-kali memertaruhkan nyawanya.
Berikut cuplikan tutur Yusuf tentang 60 tahun menjadi anggota Ikhwanul Muslimin (IM) dan memediasi berbagai Negara dan faksi. Hampir di tiap peristiwa besar dunia Islam, Yusuf berada di belakang layar, memastikan pilihan yang diambil, yang minimal menumpahkan darah.
“Semua tugas mediasi saya terima dari Mursyid’ Am,” jelasnya lugas. Tinggal berpindah negara setelah keluar dari penjara dan menjauh dari represi rezim Jamal Abdul Nasser yang menyesakkan, Yusuf membangun jaringan bisnis yang terangkai dari Eropa sampai Afrika dan Asia.
Prinsipnya, tugas mediasi untuk Allah. Bisnis hal terpisah. Walau penguasa Yaman menawarkan 5% keuntungan Bank Islam untuk Yusuf karena dia baru saja memediasi Yaman dengan Arab Saudi terkait perbatasan, Yusuf menolak.
“Saya mengeluarkan puluhan ribu dollar untuk mendapatkan dokumen asli dan resmi terkait perbatasan Arab Saudi dan Yaman. Dari kantong sendiri. Mediasi ini biar Allah yang membayar,” jelasnya.