Minggu, 30 September 2012
Selasa, 25 September 2012
Being a True Superhero is not instant!!!
Senin, 24 September 2012
Kalo gw jadi Humas Rohis :)
Bismillah.... Menarik napas panjang, dan berusaha sebisa mungkin dalam kondisi stabil. Yup, sekarang gw stabil. Belakangan, ada berita yang memicu aksi besar dari kelompok masyarakat, yang kebanyakan merupakan anggota rohis, atau setidaknya alumni rohis, dan ada juga si beberapa simpatisan rohis. Aksi ini digelar sebagai wujud protes akan pemberitaan salah satu televisi swasta terkenal, sebut saja Metro. ^___^V
Dalam kasus ini para rohis-ers (ini gw aja yg nyebut gitu) merasa bahwa metro melakukan berita bohong dan telah menuduh tanpa bukti dan dasar bahwa rohis merupakan media kaderisasi teroris. Gw lampirin beritanya yak :)
Nah, gara-gara pemberitaan inilah yang memicu terjadinya aksi besar oleh seluruh anak rohis di Indonesia.
Dalam kasus ini para rohis-ers (ini gw aja yg nyebut gitu) merasa bahwa metro melakukan berita bohong dan telah menuduh tanpa bukti dan dasar bahwa rohis merupakan media kaderisasi teroris. Gw lampirin beritanya yak :)
Nah, gara-gara pemberitaan inilah yang memicu terjadinya aksi besar oleh seluruh anak rohis di Indonesia.
Rabu, 12 September 2012
Almanac #si ilmuwan (siluman) kampus ;p
Assalamualaikum :D
Hy readers, huohoho... Siap membaca tulisanku lagi? Ehehe (berasa ada yang mau baca aja :p)
Ok, let'start the story :D
Hari ini aku memulai hariku dengan nebeng kuliah di fakultas sebelah yang baru aja ganti nama dari Fakultas Sastra jadi Fakultas Ilmu Budaya. Kali ini nebengnya gak tanggung-tanggung, ngambil kelas filsafat islam di sastra arab. Tet toooot.... Otak gw banyak menemukan kosakata tak dikenal selama pelajaran, ya bayangin aja kalo readers dalam posisi eike yang kagak pernah belajar bahasa arab, ehhhh tu proyektor yang dibawa bapak dosen yang terhormat isinya pdf arab gundul yang mana gw ngarti cooooy!
Anyway, tetep ada good news :D
Pertama: ni dosen dengan terbilang mudah mengijinkan gw ikut kulaihnya walaupun gw udah bilang gw bukan warga setempat (dari fakultas ilmu komunikasi)
Kedua: gaya ngajarnya agak tengil rupanya jadi ya ketawa-ketawa aja :D
Ketiga: penjelasannya lumayan runut dan BISA didengerlah, gak blank-blank amat, walo gak terlalu ngarti, minimal pendengaran gw tentang how to spell arabian alphabets agak ke upgrade dikit :D
Cukup dulu garis besar kuliah melenceng hari ini :D
Anyway, gw menemukan teknik terjemahan yang menarik dalam bahasa arab. Sebenernya, jauh sebelum gw mengenal bahasa arab, gw sering secara natural mengaitkan kata apa aja yang terlintas, bisa gw temukan di buku, di jalanan, bahkan di tong sampah, misalnya aja kata dhaif, gw kenal kata langit ini (cara gw&tmen gw menyebut bahasa arab yang gak dimenegerti) dalam rangkaian "hadits dhaif", yang mereka artikan hadits lemah, kemudian gw bisa kembali ingat saat menemukan kata dhuafa (orang miskin), maka gw artikan orang miskin termasuk golongan orang yang lemah, begitu saja, natural tanpa dasar. Dan gak nyangka, teknik ini tadi disampaikan sama dosen emang bisa digunakan karena banyak ditemukan demikian walo sampe sekarang belum baku. :D
Dan kali ini, gw menemukan hal yang menarik dalam kata almanac. Terakhir kali gw menemukan kata almanac ada di game Plant vs Zombie. Dalam game ini, almanac merupakan panduan yang menjelaskan tipe-tipe zombie maupun tumbuhannya. Sedang menurut KBBI on line al·ma·nak n 1 penanggalan (daftar hari, minggu, bulan, hari-hari raya dl setahun) yg disertai dng data keastronomian, ramalan cuaca, dsb; 2 buku berisi penanggalan dan karangan yg perlu diketahui umum, biasanya terbit tiap tahun;
-- dinding penanggalan yg biasanya digantungkan atau ditempelkan di dinding; -- mejapenanggalan yg biasanya ditaruh di atas meja; -- pelayaran almanak untuk pelayaran yg berisi catatan tt kejadian astronomi, spt posisi matahari, bulan, planet, dan bintang setiap saat, siang dan malam sepanjang tahun.
Nah, gw juga mengingatnya sebagai penanggalan, tapi di mata kuliah filsafat islam jurusan sastra arab hari ini, bapaknya bilang arti dari almanac dalam bahasa arab adalah cuaca;suasana semacamnya. Nah, karena diartikan cuaca maka gw berpikir dalam kalender jawa ada juga yang disebut mangsa (bukan target buruan ini bahasa jawa) yang juga merupakan cara menghitung musim berdasarkan penanggalan, jadi nyambungkan :D
Nah, hari gini fungsi almanac, kalender, atau penanggalan gak cuma itu iya gak readers :)
Jadi, gimana makna almanac buat kamu?
Wassalam, semoga bermanfaat :D
just_v@the corner of the time
Senin, 10 September 2012
Minggu, 09 September 2012
Bahasa Tangisan.... :D
Tangisan, apa yang terpikir pertama dibenakmu saat mendapati kata itu? Kesedihankah? Lukakah? Atau yang lain? Setiap orang bebas berinterpretasi, justru disitulah sisi keluarbiasaan Allah tergambarkan bagiku. Sisi dimana, begitu banyak manusia yang ada, tapi tak pernah satu pun yang tercipta sama, termasuk mereka yang kembar identik. Cut! :)
Oke, kita balik ke topik utama, tangisan. Berdasarkan pengalaman dan banyaknya interaksi, sebagian besar orang menginterpretasi tangisan sebagai bentuk kesedihan, kemenderitaan, dan kepapaan yang menghenyakkan, memecah hening kehidupan. Memang hal itu wajar, karena pada kebanyakannya pun memang demikian.
Tapi, disini aku ingin menceritakan tangisan yang lain. Tangisan dengan bahasanya sendiri yang tanpa kata justru mampu menggugah sesuatu dalam jiwa orang yang mendengarnya. Tangisan yang dalam isaknya justru kita menemukan cinta. (Haha, aneh ya gw ngomong cinta :p) Tangisan yang dalam bulirnya aku yakin malaikat mencatatnya sebagai bulir-bulir ibadah. Atau tangis yang dalam diamnya memecah hati yang beku terpapar kehangatan jiwa. Utopiskah menurut kalian bahwa hal semacam yang aku sampaikan di paragraf ini? Kalau kalian berpikir ini utopis, maka aku turut berduka cita buat kalian semua yang gak pernah tau betapa tangisan itu mengisahkan rasa sayang terhadap kalian yang mungkin kalian gak pernah kenal, atau bahkan hanya pernah berpapasan dan ternyata dalam diam orang yang kalian lalui ada doa yang tersemat untuk kalian, tanpa tau nama, apalagi identitas.
Bagiku, tangis tangis ini begitu mewah. Begitu mahal meruah. Begitu sejuk selayaknya air yang meresap ke tanah kering. Begitu indah tak kenal darah.
Aku mendapati tangis itu di wajah-wajah para pejuang dakwah. Wajah yang aku yakin, tak hanya para perempuan yang mampu menangis, tapi juga para lelakinya. (gw belom pernah liat si, tapi gw yakin mereka sering nangis saat berkhalwat sama Allah dengan segala curhatnya :p). Wajah yang menangis, saat dia merasa belum optimal yang padahal dia sudah mengorbankan begitu banyak hal, untuk Allah, untuk dakwah ini, untuk sedikit merasa lega dengan memberi kebermanfaatan pada orang lain, juga termasuk kalian semua. Wajah yang menangisi diri, saat begitu banyak yang harus dibenahi saat melihat media massa yang selalu berisi berita buruk tentang negeri ini. Wajah yang menangis saat kebingungan apa lagi yang bisa ia perbuat untuk memperbaiki keadaan, untuk memperbaiki kehidupan, dan peradaban.
Oke, kita balik ke topik utama, tangisan. Berdasarkan pengalaman dan banyaknya interaksi, sebagian besar orang menginterpretasi tangisan sebagai bentuk kesedihan, kemenderitaan, dan kepapaan yang menghenyakkan, memecah hening kehidupan. Memang hal itu wajar, karena pada kebanyakannya pun memang demikian.
Tapi, disini aku ingin menceritakan tangisan yang lain. Tangisan dengan bahasanya sendiri yang tanpa kata justru mampu menggugah sesuatu dalam jiwa orang yang mendengarnya. Tangisan yang dalam isaknya justru kita menemukan cinta. (Haha, aneh ya gw ngomong cinta :p) Tangisan yang dalam bulirnya aku yakin malaikat mencatatnya sebagai bulir-bulir ibadah. Atau tangis yang dalam diamnya memecah hati yang beku terpapar kehangatan jiwa. Utopiskah menurut kalian bahwa hal semacam yang aku sampaikan di paragraf ini? Kalau kalian berpikir ini utopis, maka aku turut berduka cita buat kalian semua yang gak pernah tau betapa tangisan itu mengisahkan rasa sayang terhadap kalian yang mungkin kalian gak pernah kenal, atau bahkan hanya pernah berpapasan dan ternyata dalam diam orang yang kalian lalui ada doa yang tersemat untuk kalian, tanpa tau nama, apalagi identitas.
Bagiku, tangis tangis ini begitu mewah. Begitu mahal meruah. Begitu sejuk selayaknya air yang meresap ke tanah kering. Begitu indah tak kenal darah.
Aku mendapati tangis itu di wajah-wajah para pejuang dakwah. Wajah yang aku yakin, tak hanya para perempuan yang mampu menangis, tapi juga para lelakinya. (gw belom pernah liat si, tapi gw yakin mereka sering nangis saat berkhalwat sama Allah dengan segala curhatnya :p). Wajah yang menangis, saat dia merasa belum optimal yang padahal dia sudah mengorbankan begitu banyak hal, untuk Allah, untuk dakwah ini, untuk sedikit merasa lega dengan memberi kebermanfaatan pada orang lain, juga termasuk kalian semua. Wajah yang menangisi diri, saat begitu banyak yang harus dibenahi saat melihat media massa yang selalu berisi berita buruk tentang negeri ini. Wajah yang menangis saat kebingungan apa lagi yang bisa ia perbuat untuk memperbaiki keadaan, untuk memperbaiki kehidupan, dan peradaban.
Tangisan-tangisan yang melintas di wajah mereka, tak sekedar tangisan cengeng anak manja, tapi mereka di didik untuk mampu merasakan kepekaan terhadap lingkungan. Tangisan yang dalam waktu singkat justru mampu mengubah energinya menjadi kekuatan tak terbayangkan, untuk kembali bangkit, dan bersatu kemudian kembali berjuang. Dan hebatnya, mereka bukan sedang memperjuangkan diri mereka sendiri, mereka justru sedang memperjuangkan sebuah kepastian. Kepastian yang hakiki. Bukan hanya kebaikan untuk mereka, tapi kebaikan untuk semua. Karena yang mereka pekikkan selalu adalah pembuktian Islam sebagai rahmatan lil alamin. Rahmat bagi seluruh alam. Bukan hanya untuk aku, kamu, atau golongan manapun dengan kepercayaan apa pun. Hanya Rahmatan alamin. Untuk semua. Dan pekikku dalam jiwa, wahai para pejuang peradaban teruslah berjuang!
just_v@the corner of silent
just_v@the corner of silent
Jumat, 07 September 2012
Dilematis Dramatis Film vs Agenda Dakwah
Sebelomnya, mau komen judulnya dulu ahhhh.... Hahahaha.... Sejujurnya ini judul tadinya mau nyerempet-nyerempet sinetron, tapi rada gak asik kalo diubah Dilematis Sinetronis bla bla bla. Dan pemilihan vs sebenernya ini cuma ada pada diri gw aja si, g terjadi sama orang lain, jadi semua yang mau gw tulis kebanyakan curhat, dan subjektifitas pribadi, haha.... :p
Setelah sekian lama cabut dari dunia film (aseek gaya kan gw :p) dapet info bahwa Salman yang notaben organisasi islam yang geraknya juga tentang dakwah yang berlokasi di lingkungan kampus ITB Bandung, hal itu ngasih kesegaran tersendiri dari kebuntuan perfilm-an dalam hidup gw yang terlanjur udah jatuh cinta sama dunia produksi film. Huff, udah gw agendakan dengan sangat baik. "Ok sip hari sabtu jam 1 siang, kebetulan gw free juga", ucap gw dalam hati. Dan, eng ing eng.... tiba-tiba dengan alibi salah ketik sang admin merubah waktu jadi keesokan harinya, hari ahad. Cuma beda 1 hari, besoknya, tadinya pun gw gak ada agenda jam 1 siang, tapi untuk kesekian banyak kalinya tiba-tiba ada jarkom yang merubah duniaku (lebay), pasnya merubah jadwalku, tingkat dewalah pokoknya karena ni jarkom meminta gw untuk hadir dari pagi sampe sore di hari ahad, hari yang udah gw tunggu setelah sekian lama mengalami kebuntuan dan gak pernah nemuin diskusi tentang film yang islami, yang bermutu, yang gak sekedar produksi, dan SOP ADK (Standar Operasional Prosedur Aktivis Dakwah Kampus) mewajibkan semuanya untuk dateng. Sumpah, rasanya kayak hewan di film madagaskar yang terperangkap dan gak bisa keluar dari hutan, dan cuma bisa menunggu bantuan, eh pas pesawat bantuan lewat ada sodara mau melahirkan.
Mungkin kalian pikir gw lebay, anggaplah gw emang lebay. Tapi, kehidupan gw nyatanya emang demikian, segalanya super lebay! Bayangin, hampir setiap jadwal kumpul temen-temen CC (CInematografi Club) dulu waktu masih aktif, tiba-tiba BKI (Biro Kerohanian Islam) -organisassi kampus yang gw ikuti kegiatannya-juga harus ngumpul, karena jumlah anak BKI dikit & lebih butuh bantuan dalam pikiran gw, maka gw memprioritaskan BKI. Gak cuma itu, saat CC ngadain buka bareng, kebetulan juga gtw gimana siapa yang ngatur jadwal, BKI juga buka bareng, kali ini gw milih BKI karena di BKI buka barengnya gratis, sedang anak CC ngumpul di cafe Ngeumong yang gak bisa dibilang murah makanannya. Gak cuma itu, saat CC ngadain mubes, di hari yang sama pun BKI ngadain mubes, sumpah gw pusing banget sama jadwalnya. Dan itu, terus berlanjut bahkan sampe gw menjabat wakil kepala divisi produksi dan dokumentasi yang akhirnya gw memilih mengundurkan diri. Gw off dari sesuatu yang pertama kali gw sukai dan gw kerjakan sepenuh hati. Gw off, karena film yang gw inginkan ternyata bukan film yang mereka angkat, yang terlalu banyak mikirin dramatis, teknik, kualitas gambar, dll daripada esensi pesan tersebut untuk sesuatu yang lebih besar. Gw off, karena di BKI gw diajarkan bahwa perempuan gak baik pulang malem dan mereka gak sekedar melarang tapi juga menjelaskan dari berbagai ilmu (psikologis, sosial, keamanan, dll) yang gw setuju, sedang kegiatan CC sesore-sorenya bubar jam 10 malem, bahkan pernah sampe jam 12. Gw off dalam keadaan pasrah sepasrahnya dengan kehendak Allah yang gw pikir dengan segala bentrokan jadwal tsb, Allah pengin gw gak ada di sana. Gw off...
Salman, organisasi dakwah kampus yang sering jadi panutan dan kiblat organisasi dakwah kampus temen-temen Unpad dengan bukti seringnya ngambil pembicara atau diskusi bareng anak ITB merupakan sebuah jaminan awal kalo mereka punya tujuan yang senada untuk memekikkan islam ke hati saudara-saudara seiman. Yah, Salman mengadakan MAFIA (Majelis Film Ahad) yang jadi lentera kecil dari matinya detak jantung film dalam time line hidup gw. Dan, untuk kesekian kalinya, meskipun itu agenda Salman haruskah berbenturan dengan agenda dakwah, lagi?
to be continued
Rabu, 05 September 2012
Blind test, I do not like this methode!!!
Temen-temen taukan istilah "membeli kucing dalam karung"? Atau tahukah percobaan fenomenal yang pernah dialami oleh merek perusahaan cola ternama dari saingannya yang sukses menggunakan metode marketing dengan teknik Blind test. Bahkan, dalam dunia chef pun mengenal metode ini. Metode ini pada dasarnya ingin menguak dan mencari kebenaran dalam bawah sadar dan mampu menghindari proses terjadinya "membeli kucing dalam karung", atau dalam dunia chef bertujuan untuk menemukan cita rasa terbaik, bukan pada lukisan makanan yang tersaji di piring.
Entah, kasus yang gw alami termasuk dalam metode uji blind test atau gak. Actually, gw ngerasa, gw bukan orang yang dengan mudah memberikan kepercayaan kepada seseorang. Sueeer, karena berkali-kali gw mempercayakan sesuatu hasilnya, atau prosesnya missed dari yang gw harapkan. Ok, mungkin sebagian dari kalian mengatakan bahwa mendelegasikan kepercayaan terkadang dibutuhkan untuk proses pembelajaran orang tersebut, atau untuk gw sendiri supaya gw mampu belajar bermacam karakter. Dan gw setuju, bahwa setiap karakter jika dikelola dengan baik akan menjadi karakter yang luar biasa. Misalnya aja kita gunakan pembagian karakter yang dilakukan Florence Litauere, yang membagi karakter menjadi 4 bagian yaitu Koleris, Sanguinis, Melankolis, dan Phlegmatis.
Sebelum gw paparkan, gw mau menekankan bahwa pembagian ini hanya salah satu bentuk pembagian karakter, bukan sesuatu yang mustahil untuk berubah dan terus terjadi perkembangan. Siapa si yang gak setuju kalo koleris punya bakat memimpin terbaik dan fokus pada tujuan lebih daripada sifat yang lainnya? Dan siapa sih yang gak setuju, kalo kita butuh orang yang menyegarkan suasana dan membuat semua orang tertawa, ini keahlian para sanguinis. Atau, pernah gak kamu doing something big? Kalo pernah, maka kamu akan setuju, bahwa sesuatu yang besar gak akan terwujud kalo nggak diperhitungkan detail-nya in every single step, hebatnya hal ini merupakan keahlian si melankolis selain dia bisa sangat perhatian terhadap orang di sekitarnya. Atau, kalo kalian kenal pahlawan bertopeng (bukan cuma punya sin chan, maksudnya pahlawan yang merahasiakan jati diri karena kerendahan hatinya) gw pikir, karakter ini cocok diperankan oleh para phlegmatis selama kita nggak mengganggu kehidupan pribadinya, karena dia akan mudah sekali merespon, kemudian bertindak dan gak terlalu suka dikomentarin. Lain cerita, sama all of trouble yang bisa dikeluarkan sama masing-masing karakter.
Karena setiap karakter punya cerita (ini ceritaku, mana ceritamu... ups), maka akan jadi lain klo para karakter ini belum dikelola, buat gw, gw lebih suka menggambarkannya seperti proses pembentukan tata surya setelah big bang dan para benda langit itu masih amburadul, saling tabrakan, saling menyakiti, dan kemudian saling beradaptasi untuk membentuk keseimbangan alam hingga terciptalan alam raya ini. Kayaknya, udah cukup penjelasannya ttg para karakter ini.
Did u know, kalo para karakter ini juga punya sifat selayaknya ikatan pada unsur-unsur kimia, bisa saling menghancurkan, menguatkan, bahkan membentuk unsur baru. Jadi, bakalan gawat kalo ada karakter yang gak sesuai, malah dipaksa disatukan, atau dianggap satu tanpa paham perbedaan yang dimiliki dan emg gak sesuai maka, tunggu saja kehancurannya.... Kebijaksanaan peletakan seseorang berdasarkan karakter udah ada sejak masa Rasulullah dulu (mungkin jg lebih tua dari itu, tapi catatan yang gw dapet adanya di masa rasul), hal ini sangat terasa saat pembagian kelompok2lingkaran, atau pada masa umar dari masa abu bakar, bahwa terjadi pemindahan banyak posisi disesuaikan dengan karakter yang dibutuhkan berhubung gantinya karakter roda utama, yaitu pemimpin. Maka, menurut contoh diatas pemahaman karakter&peletakan karakter yang sesuai sangat dibutuhkan. Dari hal ini, gw hanya ingin menjelaskan bahwa suatu karakter akan berfungsi optimal, jika ia diletakkan di tempat yang "tepat". Berhenti dulu sampe di sini.
Tarik napas, bingung... byarrr.... Gw kembali ke blind test pada karakter, walo gw mengakui setiap karakter akan hebat kalo di kelola, tapi gw juga menyetujui kalo suatu karakter hanya akan bisa berkembang di tempat yang tepat (mungkin disini peran HRD). Oleh karena itu, pengenalan sangat dibutuhkan untuk mampu menggoptimalisasi kerja. Dan buat gw, kerja bukan tempat mencari uang, mungkin nanti gw berencana beli buku "my job is not my career", buat gw bekerja itu harus punya dampak yang lebih besar dari sekedar pengaruh ekonomi yang merupakan wadah pengembangan diri, so I can't eksplor my self, if I can't trust my partner when I'm on teamwork.
Karena setiap karakter punya cerita (ini ceritaku, mana ceritamu... ups), maka akan jadi lain klo para karakter ini belum dikelola, buat gw, gw lebih suka menggambarkannya seperti proses pembentukan tata surya setelah big bang dan para benda langit itu masih amburadul, saling tabrakan, saling menyakiti, dan kemudian saling beradaptasi untuk membentuk keseimbangan alam hingga terciptalan alam raya ini. Kayaknya, udah cukup penjelasannya ttg para karakter ini.
Did u know, kalo para karakter ini juga punya sifat selayaknya ikatan pada unsur-unsur kimia, bisa saling menghancurkan, menguatkan, bahkan membentuk unsur baru. Jadi, bakalan gawat kalo ada karakter yang gak sesuai, malah dipaksa disatukan, atau dianggap satu tanpa paham perbedaan yang dimiliki dan emg gak sesuai maka, tunggu saja kehancurannya.... Kebijaksanaan peletakan seseorang berdasarkan karakter udah ada sejak masa Rasulullah dulu (mungkin jg lebih tua dari itu, tapi catatan yang gw dapet adanya di masa rasul), hal ini sangat terasa saat pembagian kelompok2lingkaran, atau pada masa umar dari masa abu bakar, bahwa terjadi pemindahan banyak posisi disesuaikan dengan karakter yang dibutuhkan berhubung gantinya karakter roda utama, yaitu pemimpin. Maka, menurut contoh diatas pemahaman karakter&peletakan karakter yang sesuai sangat dibutuhkan. Dari hal ini, gw hanya ingin menjelaskan bahwa suatu karakter akan berfungsi optimal, jika ia diletakkan di tempat yang "tepat". Berhenti dulu sampe di sini.
Tarik napas, bingung... byarrr.... Gw kembali ke blind test pada karakter, walo gw mengakui setiap karakter akan hebat kalo di kelola, tapi gw juga menyetujui kalo suatu karakter hanya akan bisa berkembang di tempat yang tepat (mungkin disini peran HRD). Oleh karena itu, pengenalan sangat dibutuhkan untuk mampu menggoptimalisasi kerja. Dan buat gw, kerja bukan tempat mencari uang, mungkin nanti gw berencana beli buku "my job is not my career", buat gw bekerja itu harus punya dampak yang lebih besar dari sekedar pengaruh ekonomi yang merupakan wadah pengembangan diri, so I can't eksplor my self, if I can't trust my partner when I'm on teamwork.
Sabtu, 01 September 2012
"Apalah arti sebuah nama...." #Iya gitu?
Sebelumnya, izinkan aku bertanya, "Pernah gak temen-temen ribet atau bahkan ribut gara-gara nama lengkap yang salah eja, atau guru, dosen, dll marah gara-gara salah penulisan nama dan title-nya?" Kalau jawabannya pernah berarti kita sepakat bahwa nama dan title itu memiliki makna yang tinggi pada pemiliknya. Dan, ini berarti bahwa kalimat dari shakespere bahwa "Apalah arti sebuah nama..." dapat kita buang jauh-jauh. Dan, padahal cerita romeo dan juliet sendiri memulai konfliknya dari nama mereka sendiri. Jadi? *makan dulu sanah :p
Ok, balik lagi. Tahukah kamu? Bahkan, ada petuah menarik dari sebuah kisah tentang seorang ibu yang memberi nama anaknya hanya terdiri dari 1 kata, entah saya lupa siapa namanya, intinya si Ibu berpesan, "jika ingin namamu panjang, maka giliranmu untuk berusaha menciptakan namamu sendiri, apakah dengan gelar terhormat seperti Haji, atau ,drs, atau bahkan Prof., yang kemudian menghiasi nama utama yang merupakan doa ibumu, atau dengan umpatan kasar si XXXX, si XXXX (sensor), ibu harap kamu memilih yang pertama." Dari sini, kita bisa mendapatkan 3 garis besar dari nama sebagai doa, gelar kehormatan, dan bahkan pelabelan.
Dan tahukah kamu, bahwa dengan melakukan pensortiran nama bisa mengakibatkan hal yang besar? Misalnya saja pada penulisan nama para tokoh sejarah, misalnya saja Buya Hamka, sebagian dari kita mengenalnya demikian dan kita persepsikan hanya sebagai tokoh sejarah yang memperjuangkan Indonesia, tapi bagaimana persepsimu setelah tahu bahwa ia memiliki gelar Prof. DR. Buya Hamka yang juga merupakan ulama. Bagaimana interpretasimu terhadap beliau? Berubahkah?
Dari tulisan ini, saya berharap, untuk tidak lagi menganggap masalah penulisan nama, justru kita memang harus menuliskan sebenar-benarnya sebagai bentuk penghormatan terhadap para dosen, akademisi, atau siapapun dalam ranah formal, dan berharap keluh kesah berubah menjadi inspirasi untuk mampu mengungguli ilmu mereka, sekian. Semoga Allah meridhoi kita semua, aamiin :)
just_v@the corner of mind
Langganan:
Postingan (Atom)