Berpisah, berbeda arah, dan tak sengaja berakhir.
Rasanya kata-kata diatas telah sering kita temui, atau setidaknya sadar tidak sadar setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan, tentu banyak orang telah kita kenal, suka tidak suka mereka semua silih berganti mewarnai hidup kita, atau kata Salim A. Fillah di bukunya yang berjudul "Dalam Dekapan Ukhuwah" bahwa
semua orang yang ada dalam hidup kita
masing-masingnya, bahkan yang paling menyakiti kita
diminta untuk ada di sana
agar cahaya kita dapat menerangi jalan merekaNamun, diperjalanan terkadang sering kutemukan berteman tak harus sejalan, tak harus bersama, karena kadang kutemukan hubungan-hubungan yang mungkin dapat diwakili oleh sebuah sajak yang kembali terangkum dalam buku Dalam Dekapan Ukhuwah (DDU), yaitu
Pernah Ada Masa-Masa
pernah ada masa-masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu
pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai
(maaf sajaknya di cut sampai sini)
Begitulah, tak selamanya kebersamaan membawa kebaikan saat tak dilandasi keimanan. Bahkan, ada pula hubungan yang keduanya sama-sama beriman, hanya memiliki cara hidup yang berbeda, lalu memutuskan berpisah
Dalam Dekapan Ukhuwah
karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa
karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran
karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus
sejuta kebaikan yang lalu
wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali:
"jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara"
mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
menjadi kepompong dan menyendiri
berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
bertafakur bersama iman yang menerangi hati
hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia
lalu dengan rindu kita kembali dalam dekapan ukhuwah
mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi
dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani,
sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji
###
Menjalani paragraf ke-2 memang tak mudah, tapi fase itu seringkali menjadi pilihan saat hidup tak lagi bisa bersama, entah karena memutuskan berpisah, berbeda arah, ataupun tak sengaja berakhir. Hanya saja, karena hidup bukan hanya hari ini, maka bolehlah, aku berdoa dan berharap bahwa segala perpisahan itu merupakan fase yang harus dilewati untuk menjadi kupu-kupu. Untuk kamu, aku, dan semua yang berpisah, percayalah bahwa sekuat-kuat hubungan adalah hubungan yang dilandasi iman, karena itu kita harus selalu menjaga iman ini dan aku berharap saat perjumpaan menyapa dan membersamai kita, segalanya telah berubah dalam bentuk yang lebih indah, untuk hidup yang lebih indah, dan mengindahkan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar