Selasa, 16 Juni 2015

Yusuf Nada #Prison3


dakwatuna.com – Dia cerdas memahami pikiran dan bahasa orang. Dalam dunia yang penuh ambigu, kita semua beruntung jika memiliki penerjemah. Pesan Yusuf sederhana, namun dalam, ‘Hidup dan biarkan hidup’. Untuk keadilan dan demokrasi itu, dia berkali-kali memertaruhkan nyawanya.

Berikut cuplikan tutur Yusuf tentang 60 tahun menjadi anggota Ikhwanul Muslimin (IM) dan memediasi berbagai Negara dan faksi. Hampir di tiap peristiwa besar dunia Islam, Yusuf berada di belakang layar, memastikan pilihan yang diambil, yang minimal menumpahkan darah.
“Semua tugas mediasi saya terima dari Mursyid’ Am,” jelasnya lugas. Tinggal berpindah negara setelah keluar dari penjara dan menjauh dari represi rezim Jamal Abdul Nasser yang menyesakkan, Yusuf membangun jaringan bisnis yang terangkai dari Eropa sampai Afrika dan Asia.

Prinsipnya, tugas mediasi untuk Allah. Bisnis hal terpisah. Walau penguasa Yaman menawarkan 5% keuntungan Bank Islam untuk Yusuf karena dia baru saja memediasi Yaman dengan Arab Saudi terkait perbatasan, Yusuf menolak.

“Saya mengeluarkan puluhan ribu dollar untuk mendapatkan dokumen asli dan resmi terkait perbatasan Arab Saudi dan Yaman. Dari kantong sendiri. Mediasi ini biar Allah yang membayar,” jelasnya.

Balada Itsar di Trans Jakarta



Bismillah, beberapa hari yang lalu sekembalinya dari Jakarta menuju Jatinangor seperti biasa, gw memilih trans Jakarta sebagai kendaraan yang akan mengantar menuju shelter bus prima jasa. Jarak yang ditempuh menuju halte BKN dari halet Tanjung Priok kalo gak macet menghabiskan waktu 1 jam, lebih2kalo macet bisa sampai 2 jam... Hari itu sudah siang, pukul 14.00 kurang lebihnya, beruntung saat memasuki bus trans jakarta masih mendapati kursi kosong, maka gw bisa duduk tenang. Kenapa gw sebut beruntung? Karena gw termasuk dalam kategori yang sulit menjaga keseimbangan badan jika harus berdiri dalam kendaraan, terlebih gw emang gampang mabuk kendaraan khususnya pada mobil. Maka, mendapatkan tempat duduk adalah suatu keindahan tersendiri karena artinya gw bisa tidur karena hari sebelumnya, gw juga kurang enak badan....

Namun, dihalte berikutnya bis mulai penuh terdapat 2 orang tua yang gak mendapatkan tempat duduk, kasihan dalam hati, tapi menjaga diri sendiri supaya gak ambruk (memilih duduk di lantai bus) prosentase keberhasilannya mungkin gak lebih dari 50% lebih sering mual dan pusing, dan ngerepotin orang lain... krik....payah banget gw emang kalo pake angkutan umum.... berpikirlah panjang... 15 menit mungkin, sampai akhirnya tiba2gw teringat kisah itsar sahabat rasulullah saat perang yang memilih itsar (mendahulukan saudaranya) saat diberi air minum, dan menjawab, "berikan pada saudaraku yang disebelah, dia lebih membutuhkan." Saat dihantarkan ke orang yang dituju pun, jawabannya sama, "berikan pada saudaraku yang disebelah, dia lebih membutuhkan.", begitupun dengan yang ketiga, "berikan pada saudaraku yang disebelah, dia lebih membutuhkan." Hingga akhirnya kembali pada orang yang pertama dan didapati telah meningga, begitu seterusnya hingga yang ketiga.... Itulah contoh sebaik2itsar... Kalaulah mau menyangkal itu hanya ada jaman rasul, maka Yusuf Nada pernah mengisahkan pengalamannya semasa di Penjara yaitu