Jumat, 29 Januari 2016

Zainab Al Ghazali #Prison4

dakwatuna.com – Jika kita berbicara tentang para mujahid yang dirindu para bidadari syurga selayaknya Imam Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb, dan Abdullah Azzam, rasanya belum lengkap apabila belum membahas ini dalam versi muslimahnya. Ya, mujahidah abad ini yang menjadi salah satu orang yang patut membuat cemburu para bidadari di syurga adalah Zainab Al-Ghazali. Muslimah tangguh itu seorang aktivis dan pendiri Jamaat Al-Sayyidat Al-Muslimat (Perhimpunan Perempuan Muslim) saat usianya masih sangat muda, 18 tahun. Beliau juga biasa disebut sebagai pejuang wanita Ikhwanul Muslimin.

Zainab Al-Ghazali adalah wanita yang sangat luar biasa. Tokoh perempuan asal Mesir ini begitu gigih memperjuangkan persamaan hak kaum perempuan berdasarkan keyakinannya, sesuai doktrin ajaran Islam yang benar. Dia tidak setuju dengan ide-ide sekuler tentang gerakan pembebasan perempuan. Perhimpunan yang didirikannya pun mampu melahirkan generasi dai-dai wanita yang mempertahankan status perempuan dalam Islam. Mereka meyakini dan mampu meyakinkan masyarakat bahwa agama Islam memberikan peluang sebesar-besarnya bagi perempuan untuk memainkan peranan penting di masyarakat, baik itu memiliki pekerjaan, terjun di dunia politik, dan bebas dalam mengeluarkan pendapat, namun tetap tidak mengesampingkan fungsi utama perempuan dalam mengurus rumah tangga dan sebagai ibu.

Zainab Al-Ghazali mengingatkan kita pada sosok yang begitu dekat dengan negeri ini, RA. Kartini. Begitu pun dengan tulisan-tulisannya. Jika kita ingat tulisan Kartini yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” mengandung gagasan dan kecaman terhadap Barat, maka buah pena dari Zainab Al-Ghazali mampu menyeret dirinya hingga ke dalam tahanan.

Suatu ketika ia melihat kondisi pemerintahan Mesir melakukan kezhaliman yang luar biasa. Dilandasi semangatnya yang mendalam, Zainab mengirimkan tulisan ke media massa nasional yang isinya mengkritisi kebijakan pemerintah Mesir. Tulisan Zainab serta-merta mendapat respons negatif dari pemerintah Mesir. Maka, pada suatu malam diculiklah Zainab oleh aparat pemerintah Mesir. Zainab lalu dimasukkan ke kamar sempit yang gelap gulita dalam kondisi terikat. Beberapa menit kemudian lampu kamar dinyalakan. Dan ternyata di dalam kamar tersebut telah berkumpul puluhan ekor anjing yang disiapkan untuk menyiksa Zainab. Dengan dibalut pakaian putih, Zainab tak henti-hentinya berdoa.

“Ya Allah, sibukkanlah aku dengan mengingati-Mu, sehingga hal yang lain tak terasakan olehku”

Zainab Al-Ghazali dan Hamidah Quthb (inet)

Anjing-anjing tadi pun menyerang Zainab. Menggigit sekujur tubuh Zainab. Ia hanya mampu memejamkan mata, tak sanggup menyaksikan puluhan anjing tadi menggerogoti tubuhnya. Tak berapa lama kemudian, pintu kamar dibuka kembali dan lampu dinyalakan. Subhanallah, dengan izin Allah, Zainab tak mendapati sedikit pun luka di sekujur tubuhnya. Allah Azza wa Jalla telah menunjukkan kekuasaan-Nya pada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dan Zainab sebagai juru dakwah tulisan telah melakukan hal yang patut menjadi renungan untuk para aktivis dakwah tulisan pada hari ini.” (Dalam “Tinta-Tinta Dakwah”, Dwi Suwiknyo dkk)

Zainab Al-Ghazali meninggalkan jejak perjuangannya, ia wafat pada 3 Agustus 2005 di usia 88 tahun. Zainab telah mengajarkan banyak hal, dari kekuatan aqidahnya, perjuangan kewanitaannya hingga goresan-goresan penanya. Bahkan saat bebas dari tahanan ia mampu melahirkan karya berjudul Ayyamun min Hayati (Hari-Hari dari Hidupku). Di dalamnya, ia melukiskan bagaimana ia menerima siksaan yang melampaui kekuatan kebanyakan laki-laki saat berada dalam tahanan. Salah satunya adalah saat ia dimasukkan ke dalam ruangan gelap yang dipenuhi anjing-anjing lapar. Dalam buku itu, Zainab menegaskan bahwa hanya pertolongan Allah dan keyakinanlah yang membuatnya tabah dan membuatnya dapat bertahan hidup.

Ya, hanya kekuatan aqidah yang menghujam dari hati seorang muslim yang mampu mengantarkan kita pada ridha-Nya, meskipun pengorbanan yang ada datang bertubi-tubi. Saya jadi teringat dengan kisah Sayyid Quthb saat menjelang eksekusi kematiannya. Saat itu Sayyid Quthb mengucapkan kata-katanya yang terkenal, “Telunjuk yang senantiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalat, menolak untuk menuliskan barang satu huruf penundukkan atau menyerah kepada rezim thawaghut….”

Semoga dari kisah perjuangan para mujahid dan mujahidah ini dapat membuat kita semakin mencintai perjuangan di jalan-Nya. Amin allahumma amin…

Redaktur: Ardne

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/28/18483/renungan-kisah-dan-pena-zainab-al-ghazali/#ixzz3ye6nQ4EU
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Pola Pendidikan Pejuang Islam Generasi Pertama #Chapter2


Bismillah, melanjutkan tulisan ini buat gw memerlukan waktu panjang untuk meyakinkan diri aku siap, setidaknya pantas untuk menuliskan ini. Ingat tulisan pertamaku tentang muqadimah manhaj haraki tentang disonansi kognisi? (read:disonansi-kognisi-muslim-hari-ini) Gw termasuk orang yang gak suka dengan orang macem gini, lalu gimana gw hidup jika gw banyak melakukan sesuatu yang gak bersesuaian dengan keyakinan gw? Setelahnya gw akan pusing, bukan pusing 1/2 hari kadang lebih bisa berbulan-bulan bahkan. Maka menulis lanjutan dari tulisan Pola Pendidikan Pejuang Islam Generasi Pertama #Chapter1 bukanlah hal yang mudah, minimal gw harus membuat komitmen dengan diri gw untuk mau mencobanya sebelum gw menuliskannya. Ini hal yang gak sederhana. Bagaimana mungkin sederhana sedang tahap pertama pendidikan pejuang islam generasi pertama adalah menjadikan Al Qur'an sebagai satu-satunya sumber penerimaan. Iya, SATU-SATUnya. Artinya, gak boleh lagi setiap tindakan kita merujuk pada, toh hal begini udah umum dan gak masalah kok. Toh, ini sudah menjadi adat kebiasaan orang sini, jadi ya mesti gini. Muslim generasi pertama tak bisa demikian. Bahkan, seorang Umar bin Khattab yang didapati sedang membaca kitab Taurat mendapat kemarahan dari Rasulullah seraya berkata,
"Seandainya Musa hidup di antara kalian niscaya tidak boleh baginya kecuali mengikuti aku."
Generasi inilah yang kemudian oleh Sayyid Quthb disebut sebagai Generasi Qur'ani: Generasi yang Unik dalam bukunya Ma'alim fii Ath Thariq. Menurut Sayyid Quthb, " Terdapat fakta sejarah yang patut menjadi renungan bagi para pengemban dakwah Islam di mana saja dan pada siapa saja. Dan sudah selayaknya peristiwa tersebut dipedomani, karena hal itu merupakan efek yang signifikan berkenaan dengan manhaj dan orientasi dakwah. Dakwah Islam telah melahirkan sekelompok generasi manusia - yakni generasi sahabat r.a. - menjadi generasi yang sangat istimewa dalam sejarah Islam khususnya, dan sepanjang sejarah manusia pada umumnya. Namun, selanjutnya dakwah tersebut tidak melahirkan kembali generasi ini pada kali yang lain."

Iya, ada yang hilang dari proses transfer ilmu keislaman. Di masa generasi pertama seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, bahwa sahabat Rasulullah generasi pertama hanyalah diijinkan untuk menjadikan Al Qur'an sebagai satu2nya referensi dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Hal ini dikarenakan, penurunan Al Qur'an yang sifatnya bertahap ini memiliki tujuan khusus dari Allah. Penurunan Al Qur'an ini sendiri tahapannya disesuaikan dengan keadaan-keadaan yang rasul dan sahabatnya hadapi dalam memperjuangkan keislamannya. Sehingga, saat itu Al Qur'an benar2menjadi jawaban dan obat sekaligus petunjuk dari Allah dalam menghadapi segala permasalahan mereka. Oleh karena itu, setiap ayat pada masa itu kemudian hidup karena hidup dalam sanubari para sahabat yang langsung mengamalkannya. Al Qur'an dengan demikian menjadi fungsinya yang utama yaitu petunjuk dan pedoman kehidupan.
 

Rabu, 27 Januari 2016

Cita Rasa Itsar dari masa Ikrimah hingga Yusuf Nada


Satu kali, tersisa satu porsi makanan di klinik karena ada yang meninggal. Yusuf yang sedang di klinik disuruh mengantarkan ke sel 13. Penghuni sel gelap berkata, ‘Berikan ke sel di sebelah. Dia lebih butuh.’ Yusuf menemukan sumber suara itu. Hanya mata merah dan mulut yang terlihat. Badan lelaki itu terbakar, hitam, tak bisa dikenali. Yusuf membawa makanan ke sel sebelah. ‘Dia lebih memerlukan daripada saya….’ Sampai ke satu sel. Dalam sel itu nampak bagian-bagian lelaki. Bagian tubuh antara dua kakinya habis diterkam anjing yang dilaparkan.

Itsar yang merupakan puncak ukhuwah itu, kembali dicontohkan setelah diteladankan sahabat Rasulullah yang juga merupakan panglima perang. Ya, boleh jadi kisahnya kita tahu bahwa dalam akhir sebuah peperangan dahsyat Ikrimah telah mencontohkan apa itu ukhuwah yang sesungguhnya dengan mendahulukan kebutuhan saudaranya. Saat ia akan menjemput syahidnya, ia mengalami kehausan yang luar biasa, badannya terkulai tak berdaya, bekas2kegagahan perjuangan itu tampak disana-sini menghiasi badannya. Kemudian datanglah seseorang yang ingin memberinya minum. Namun, sebelum orang itu sampai ketempatnya ia mendengar saudara seimannya pun ada yang mengatakan, "air, air..." Maka ia mengatakan, "saudaraku yang disana lebih membutuhkan." Kemudian si pembawa minum mendatangi orang yang dimaksud, dan perkataan yang sama yang dilontarkan orang kedua ini terhadap si pembawa minum, "saudaraku yang disana lebih membutuhkan". Pun kemudian yang ketiga. Hingga saat si pembawa minum ini kembali kepada orang pertama, dia telah syahid, pun orang ke-2, dan yang ke-3. Inilah itsar yang merupakan puncak dari ukhuwah, yaitu dengan mendahulukan kepentingan saudara kita ketimbang kebutuhan kita hingga nyawa diujung leher sekalipun.

Dan, kisah perjuangan ini masih sama kawan. Maka, bagian manakah yang kemudian perlu direvisi jika ianya adalah bagian dari prinsip Islam?

More about Yusuf Nada: Yusuf Nada

Buya Hamka "Kisah Hamka di Penjara Sukabumi" #Prison2



Oleh Prof Dr Yunahar Ilyas

Setelah Pemilihan Umum Pertama (1955), Hamka terpilih menjadi anggota Dewan Konstituante dari Masyumi mewakili Jawa Tengah. Setelah Konstituante dan Masyumi dibubarkan, Hamka memusatkan kegiatannya pada dakwah Islamiah dan memimpin jamaah Masjid Agung Al-Azhar, di samping tetap aktif di Muhammadiyah. Dari ceramah-ceramah di Masjid Agung itu lah lahir sebagian dari karya monumental Hamka, Tafsir Al-Azhar.

Zaman demokrasi terpimpin, Hamka pernah ditahan dengan tuduhan melanggar Penpres Anti-Subversif. Dia berada di tahanan Orde Lama itu selama dua tahun (1964-1966). Dalam tahanan itulah Hamka menyelesaikan penulisan Tafsir Al-Azhar.

Waktu menulis Tafsir Al-Azhar, Hamka memasukkan beberapa pengalamannya saat berada di tahanan. Salah satunya berhubungan de ngan ayat 36 Surah az-Zumar, “Bukan kah Allah cukup sebagai Pelindung hamba-Nya...”. Pangkal ayat ini menjadi perisai bagi hamba Allah yang beriman dan Allah jadi pelindung sejati.

Sehubungan dengan maksud ayat di atas, Hamka menceritakan pengalaman beliau dalam tahanan di Sukabumi, akhir Maret 1964. Berikut kutipan lengkapnya. “Inspektur polisi yang memeriksa sambil memaksa agar saya mengakui suatu kesalahan yang difitnahkan ke atas diri, padahal saya tidak pernah berbuatnya. Inspektur itu masuk kembali ke dalam bilik tahanan saya membawa sebuah bungkusan, yang saya pandang sepintas lalu saya menyangka bahwa itu adalah sebuah tape recorder buat menyadap pengakuan saya.”

“Dia masuk dengan muka garang sebagai kebiasaan selama ini. Dan, saya menunggu dengan penuh tawakal kepada Tuhan dan memohon kekuatan kepada-Nya semata-mata. Setelah mata yang garang itu melihat saya dan saya sambut dengan sikap tenang pula, tiba-tiba kegarangan itu mulai menurun.”

“Setelah menanyakan apakah saya sudah makan malam, apakah saya sudah sembahyang, dan pertanyaan lain tentang penyelenggaraan makan minum saya, tiba-tiba dilihatnya arlojinya dan dia berkata, Biar besok saja dilanjutkan pertanyaan. Saudara istirahatlah dahulu malam ini, ujarnya dan dia pun keluar membawa bungkusan itu kembali.

Setelah dia agak jauh, masuklah polisi muda (agen polisi) yang ditugaskan menjaga saya, yang usianya baru kira-kira 25 tahun. Dia melihat terlebih dahulu kiri kanan. Setelah jelas tidak ada orang yang melihat, dia bersalam dengan saya sambil menangis, diciumnya tangan saya, lalu dia berkata, Alhamdulillah bapak selamat! Alhamdulillah! Mengapa, tanya saya. Bungkusan yang dibawa oleh Inspektur M itu adalah setrum. Kalau dikontakkan ke badan bapak, bapak bisa pingsan dan kalau sampai maksimum bisa mati.

Demikian jawaban polisi muda yang ditugaskan menjaga saya itu dengan berlinang air mata. Bapak sangka tape recorder, jawabku sedikit tersirap, tetapi saya bertambah ingat kepada Tuhan. Moga-moga Allah memelihara diri Bapak. Ah! Bapak orang baik, kata anak itu.

Dalam menghadapi paksaan, hinaan, dan hardikan di dalam tahanan, Hamka selalu berserah diri kepada Allah SWT. Termasuk ketika Inspektur M datang membawa bungkusan malam itu, Hamka tetap dengan pendirian. Bukankah Allah cukup sebagai pelindung hamba-Nya.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/11/25/lv86ue-cukup-allah-sebagai-pelindung-kisah-hamka-di-penjara-sukabumi

Sayyid Quthb #Prison1


Bismillah, judul yang sebenarnya dari tulisan ini adalah Telunjuk Yang Bersyahadat. 

Ulama, dai, serta para penyeru Islam mempersembahkan nyawanya di jalan Allah, atas dasar ikhlas kepada-Nya, senantiasa ditempatkan Allah sangat tinggi dan mulia di hati segenap manusia.

Di antara dai dan para penyeru Islam itu adalah syuhada (insya Allah) Sayyid Quthb. Bahkan peristiwa eksekusi matinya yang dilakukan dengan cara digantung, memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang memenggal beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. Di antara mereka yang beitu tergetar dengan sosok mulia ini adalah dua orang polisi yang menyaksikan eksekusi matinya di tahun (1966).

Salah seorang polisi itu mengetengahkan kisahnya kepada kita:
Ada banyak peristiwa yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, lalu peristiwa itu menghantam kami dan mengubah total kehidupan kami.

Di penjara militer pada saat itu, setiap malam kami menerima orang atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tua maupun muda. Setiap orang-orang itu tiba, atasan kami menyampaikan bahwa orang-orang itu adalah penghianat negara yang telah bekerjasama dengan agen zionis Yahudi. Karena itu, dengan cara apa pun kami harus bisa mengorek rahasia dari mereka. Kami harus dapat membuat mereka buka mulut dengan cara apa pun, meski itu harus dengan menimpakan siksaan keji pada mereka tanpa pandang bulu.

Jika tubuh mereka penuh dengan berbagai luka akibat pukulan dan cambukan, itu sesuatu pemandangan harian yang biasa. Kami melaksanakan tugas itu dengan satu keyakinan kuat bahwa kami tengah melaksanakan tugas mulia: menyelamatkan negar dan melindungi masyarakat dari para "penjahat keji" yang telah bekerja sama dengan Yahudi hina.

Begitulah, hingga kami menyaksikan berbagai peristiwa yang tidak dapat kami mengerti. Kami menyaksikan para 'pengkhianat' ini senantiasa menjaga shalat mereka, bahkan senantiasa berusaha menjaga dengan teguh qiyamullail (sholat malam-red) setiap malam, dalam keadaan apa pun. Ketika ayunan pukulan dan cabikan cambuk memecahkan daging mereka, mereka tiada berhenti untuk mengingat Allah. Lisan mereka senantiasa berzikir walau tengah menghadapi siksaan yang berat.

Beberapa di antara mereka berpulang menghadap Allah, sementara ayunan cambuk tengah mendera tubuh mereka, atau sekawanan anjing lapar merobek daging punggung mereka. Tetapi dalam kondisi mencekam itu, mereka menghadapi maut dengan senyum di bibir, dan lisan selalu basah mengingat nama Allah.

Perlahan, kami mulai ragu, apakah benar orang-orang ini adalah sekawanan 'penjahat keji' dan 'pengkhianat'? Bagaimana mungkin orang-orang yang teguh dalam menjalankan perintah agama adalah orang yang berkolaborasi dengan mush Allah?

Maka kami, aku dan temanku yang sama-sama bertugas dikepolisian ini, secara rahasia menyepakati, untuk sedapat mungkin berusaha tidak menyakiti orang-orang ini, serta memberikan batuan apa saja yang dapat kami lakukan. Dengan izin Allah, tugas saya di penjara militer tersebut tidak berlangsung lama. Penugasan kami yang terakhir di penjara itu adalah menjaga sebuah sel di mana di dalamnya dipenjara seseorang. kami diberi tahu bahwa orang ini adalah yang paling berbahaya dari kumpulan 'pengkhiant' itu. Orang ini adalah pemimpin dan perencana seluruh makar jahat mereka. Namanya Sayyid Quthb.

Orang ini agaknya telah mengalami siksaan sangat berat hingga ia tidak mampu lagi untuk berdiri. Mereka harus menyertenya ke Pengadilan Militer ketika ia akan disidangkan. Suatu malam, keputusan telah sampai untuknya, ia harus dieksekusi mati dengan cara digantung.

Malam itu seorang syeikh dibawa menemuinya, untuk mentalqin dan mengingatkannya kepada Allah, sebelum dieksekusi.

(Syeikh itu berkata, "Wahai Sayyid, ucapkanlah la ilaha illallah..." Sayyid Quthb hanya tersenyum lalu berkata, "Sampai juga engkau wahai Syeikh, menyempurnakan seluruh sandiwara ini? Ketahuilah kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan mininggikan kalimat la illaha illallah, sementara engkau mencari makan dengan la illaha illallah."

Dini hari esoknya, kami, aku dan temanku,menuntun tangannya dan membawanya ke sebuah mobil tertutup, di mana didalamnya telah ada beberapa tahanan lainnya yang juga akan dieksekusi. Beberapa saat kemudian, mobil penjara itu berangkat ke tempat eksekusi, dikawal oleh beberapa mobil militer yang membawa kawanan tentara bersenjata lengkap.

Begitu tiba di tempat eksekusi, tiap tentara menempati posisinya dengan denjata siap. Para perwira militer telah menyiapkan segala hal termasuk memasang instalasi tiang gantung untuk setiap tahanan. Seorang tentara eksekutor mengalungkan tali gantung ke leher beliau dan para tahanan lain. setelah semua siap, selluruh petugas bersiap menunggu peristiwa eksekusi.

Di tengah susana 'maut' yang begitu mencekamdan menggoncangkan jiwa itu, aku menyaksikan peristiwa yang mengharukan dan mengagumkan. Ketika tali gantung telah mengikat leher mereka, masing-masing saling bertausyah kepada saudar-saudaranya, untuk tetap teguh dan sabar, serta menyampaikan kabar gembira, saling berjanji untuk bertemu di surga, bersama dengan Rasulullah tercinta dan para sahabat. tausyah ini kemudian diakhiri dengang pekikan, "ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD!" Aku gemetar mendengarnya.

Di saat yang genting itu, kami mendengar bunyi mobil datang. Gerbang ruangan dibuka dan seorang pejabat militer tingkat tinggi datang dengan tergesa-gesa sembari memberi komando agar pelaksanaan eksekusi ditunda.

Perwira tinggi itu mendekati Sayyid Quthb, lalu memerintahkan agar tali gantungan dilepaskan dan tutup mata dibuka. Perwira itu kemudian menyampaikan kata-kata dengan bergetar, "Saudaraku Sayyid, aku datang bersegera menghadap Anda, dengan membawa kabar gembira dan pengampunan dari Presiden kita yang pengasih. Anda hanya perlu menulis satu kalimat saja sehingga Anda dan seluruh teman-teman Anda akan diampuni."

Perwira itu tidak membuang-buang waktu, ia segera mengeluarkan sebuah notes kecil dari saku bajunya dan sebuah pulpen, lalu berkata, "Tulislah saudaraku, satu kalimat saja.... Aku bersalah dan aku minta maaf..."

(Hal serupa pernah terjadi ketika Ustadz Sayyid Quthb dipenjara, lalu datanglah saudarinya Aminah Quthb sembari membawa pesan dari rezim penguasa Mesir, meminta agar Sayyid Quthb sekedar mengajukan permohonan maaf secara tertulis kepada Presiden Jamal Abdul Nasser, maka ia akan diampuni. Sayyid Quthb mengucapkan kata-katanya yang terkenal, "Telunjuk yang senantiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalat, menolak untuk menuliskan barang satu huruf penundukan atau menyerah kepada rezim thawaghit..."-penerjemah).

Sayyid Quth menatap perwira itu dengan matanya yang bening. Satu senyum tersungging di bibirnya. Lalu dengan sangat berwibawa beliau berkata, "Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah berseida menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan akhirat yang abadi."

Perwira itu berkata, dengan nada sura bergetar karena sedih yang mencekam, "Tetapi Sayyid itu artinya kematian..."

Ustadz Sayyid Quthb berkata tenang, "Selamat datang kematian di jalan Allah... Sungguh Allah Mahabesar!"

Aku menyaksikan seluruh episode ini, dan tidak mampu berkata apa-apa. kami menyaksikan gunung menjulang yang kokoh berdiri mempertahankan iman dan keyakinan. Dialog itu tidak dilanjutkan, dan sang perwira memberi tanda eksekusi untuk dilanjutkan.

Segera, para eksekutor akan menekan tuas, dan tubuh Sayyid Quthb beserta kawan-kawannya akan menggantung. Lisan semua mereka yang akan melaksanakan eksekusi itu mengucapkan sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan untuk selama-lamanya.... Mereka mengucapkan, "La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah..."

Sejak hari itu aku berjanji kepada diriku untuk bertobat, takut kepada Allah, dan berusaha menjadihamba-Nya yang shaleh. Aku senantiasa berdoa kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosaku, serta menjaga dirikudi dalam iman hingga akhir hayatku.

Diambil dari kumpulan kisah: "Mereka yang kembali kepada Allah" karya Muhammad Abdul Azis Al Musnad. Penerjemah Dr. Muhammad amin Taufiq. Courtesy: Al Firdaws English Forum. Yang disampaikan kembali melalui buku Ma'alim Fi Ath Thariq.

Mujek bukan ojek biasa!


Bismillah, yap... kali ini pengen cerita tentang mujek.... Jadi ya agan2sekalian, misi pembuatan mujek atau lengkapnya muslimah ojek sebenarnya udah lama bahkan sejak 2011, tapi baru terealisasikan desember kemaren setelah terjadi pergantian generasi ke generasi. Harapannya dengan mujek ini bisa ngebantu 2 hal, yaitu:

  1. mensejahterakan muslimah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai mahasiswa yang jauh dari perantauan, dan
  2. membantu jadi sarana dalam menjaga teman2perempuan kita supaya bisa meminimalisir sexual harassment, apalagi abusing.
Awalnya, selalu aja ada yang bertanya, "Kenapa mesti dibonceng perempuan, siapa juga yang bakal jatuh cinta sama mamang/abang ojek?"
Bukan sekedar jatuh cinta, tapi menjaga diri, mengingat anatomi tubuh perempuan itu berbeda dengan laki-laki, tau kan ya apa yang terjadi kalo si abang tetiba ngerem mendadak.... bukan mau bersuudzon sama abang2ojek, tapi ini porsinya berhati2berjaga2 jadi saya membuat pilihan yang jelas aman aja dan membuang perasaan ragu.

Nah, karena ini ojek muslimah, maka kita hanya bisa menerima pesanan dari perempuan aja, yang ganteng maap2aja yak...

Terus, siapa si yang punya ini? Yang punya adalah Allah, sehingga operasionalnya pun mencoba untuk menjaga syariat2yang dibuat oleh Allah. Oleh karena itu, kami tidak bisa menerima pesanan melebih waktu maghrib...

"Lah, katanya mau ngejagain, kan kalo malem2kita malah lebih butuh!"...
Iya, kita mau ngejagain hanya bagi mereka yang mau juga membantu dirinya supaya terjaga. Bagi kami, setiap muslim mempunyai 2 kewajiban utama yang diatur oleh Allah. Allah menjelaskan tentang hubungan antara kewajiban-kewajiban individu - semacam sholat dan puasa - dengan kewajiban-kewajiban sosial; bahwa kewajiban pertama adalah sarana menuju terlaksananya kewajiban kedua, dan bahwa aqidah yang benar adalah dasar bagi keduanya. Maka seseorang tidak dibenarkan meninggalkan kewajiban-kewajiban individu dengan alasan sibuk melaksanakan kewajiban sosial. Juga sebaliknya seseorang tidak dibenarkan meninggalkan kewajiban sosial dengan alasan sibuk melaksanakan kewajiban individu, sibuk beribadah dan  berhubungan dengan Allah swt. Sungguh suatu kebijakan yang seimbang dan sempurna. Atas kebutuhan dalam bertawadzun seperti inilah kemudian generasi pilihan Allah terdahulu tampil dengan julukan, "Layaknya Rahib-rahib di malam hari, dan penunggang kuda di siang hari."

Hal inilah yang kemudian berusaha kami teladani. Kami tidak ingin menjadikan usaha ini penghalang dari ibadah2kami terhadap Allah. Pun, kami tidak ingin hanya menjadi pengeluh yang kerjanya sibuk sendiri beribadan dan hanya mengeluh namun tidak memberikan solusi. Bukankah Allah telah menjadikan malam sebagai waktu yang istimewa hingga menjadikannya waktu yang diberkahi dan dekat ijabahnya jika kita menggunakannya dengan berdua dengan-Nya saja? Wallahu alam....

Sabtu, 23 Januari 2016

Pola Pendidikan Pejuang Islam Generasi Pertama #chapter1


Bismillah, huft... Finnaly waktunya menuliskan sesuatu yang berat disini... Yap, mari kita mulai!

Semua dari kita tentutahu bahwa ada 2 hal yang diwariskan rasululullah yang jika kita menjaganya maka kita akan selamat di dunia dan diakhirat. Yap, benar dua hal itu adalah Al Qur'an dan As sunnah. Hal ini tidak hanya berlaku setelah rasulullah menyampaikan hal tersebut, tetapi hal ini telah menjadi cara Allah dalam mendidik pendahulu pejuang islam.

Sistemnya begini, Kitab Allah (Al Qur'an) adalah sumber dasar islam, sunnah rasulullah saw. adalah penjelas dari kitab tersebut, sedang sirah (sejarah) kaum salaf (terdahulu) adalah contoh aplikatif dari perintah Allah dan ajaran Islam.

Lalu, seperti apa proses pendidikannya?
Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa rasulullah saw. pernah mengalami dakwah secara sembunyi-sembunyi. Dari pemaparan dalam tulisan saya yang sebelumnya (the secret) kita mendapatkan gambaran bahwa bukan nilai-nilai dakwahnya yang disembunyikan, tetapi manusianya, juga lokasi temoat pertemuannya dikarenakan jumlah pendukung yang masih sedikit, lemah pula kondisi status sosial dan pemahaman tentang islam yang memang baru turun beberapa ayat saja.

Maka dalam fase ini kerahasiaan fungsinya untuk menjaga bibit iman supaya mampu tumbuh dan menunggu Allah swt. saja yang menyatakan kapan mereka telah siap untuk dakwah secara terbuka. Pada fase ini bukan hanya sembunyi-sembunyi tanpa melakukan apa pun. Tapi, selama fase ini merupakan fase pendidikan yang paling sakral. Yaitu melalui pertemuan harian yang diadakan rutin di Darul Arqam. Di tempat inilah jiwa-jiwa itu diisi dengan Al Quran saja. Iya, hanya Al qur'an yang mulia.

Pada periode ini sang qiyadah dan murabbi (Nabi saw.) senantiasa berusaha menjaga kesatuan dan keunikan sumber penerimaan yaitu Al Qur'an. Padahal sebelumnya generasi ini adalah ummi (tidak mengenal bacaan dan tulisan). Generasi ini tidak pernah menerima ilmu sekuler. yang mencampur adukkan yang haq dan batil. Ia jauh dari filsafat Yunani, ilmu pengetahuan Romawi, atau hikmah Persia. Generasi ini hidup bahagia dengan wahyu Allah semata, diterima langsung dari lisan Rasulullah. Oleh sebab itu, ketika Rasulullah saw, melihat Umar ra. membaca lembaran Taurat, beliau marah seraya berkata,
"Seandainya Musa hidup di antara kalian niscaya tidak boleh baginya kecuali aku."
Ya, generasi awal ini dididik dengan hanya 1 sumber penerimaan yaitu Al Qur'an. Manakala setiap muslim telah mendapatkan bekal beberapa ayat dari Al Qur'an (cuma beberapa doank lho.... gak kayak sekarang Al Quran yang udah lengkap juga gak dipelajari-pelajari, boro2bakal ngarti :p). Padahal dengan beberapa ayat ini saja cukup untuk mengkader dan melahirkan generasi Qur'an yang unik. Namun, wahyu ini telah mampu merontokkan segala kotoran, ideologi, dan nilai-nilai jahiliah yang melekat di dada mereka, digantikan oleh nilai-nilai baru yang datang dari Allah, Penguasa alam semesta.

Jumat, 22 Januari 2016

Inikah namanya cinta?


Bismillah, tema cinta akhir-akhir ini udah menjadi pokok pembicaraan manusia akhir-akhir ini melampai perbedaan ras, suku, budaya, usia, dan segala macam perbedaan yang dulu menjadi pencetus konflik. Cinta yang dirangkum dalam 2 suku kata itu bahkan kisahnya diagungkan, kemudian diabadikan, diceritakan kembali, dipuji, diagungkan, dan disyiarkan keberadaannya dengan berbagai media. Tengok saja, tema cinta telah membanjiri media baik lewat film, komik, buku, novel, filsafat, sejarah, dll. Banyak orang mencoba menerjemahkannya dengan versinya sendiri. Banyak pula orang yang bertanya-tanya tentang  cinta. Bahkan hari ini oleh seorang kondang Indonesia yang maaf saya lupa namanya, dikatakan bahwa cinta telah menjadi sesembahan yang baru bagi umat manusia. Gak kalah serem juga, bahkan dengan meminjam istilah bahwa cinta itu merupakan sebuah fitrah yang tak dapat ditolak, cinta pulalah yang jadi tameng para LGBT untuk mensahkan perilakunya.

Namun, apa sih sebenernya cinta yang katanya lahir dari fitrah itu sendiri?
Semua tentu tau, bahwa cinta rupanya adalah berupa perasaan. Sayangnya, meski kita semua mengimani bahwa Al Qur'an merupakan penjelas berbagai pertanyaan manusia, sangat sedikit yang mengambil Al Qur'an sebagai rujukan dalam upaya menemukan jawaban dari pertanyaannya. Padahal Al Qur'an pun menjelaskan mengenai ciri-ciri cinta yang tak mesti berupa cinta kepada Allah saja, tapi juga yang selain-Nya. Nah, berikut ciri-cirinya:

  1. Selalu mengingat-ingat, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (Q.S. 8:2) yang ciri-ciri pertama ini intinya adalah jika nama yang dicintainya disebut, maka gemetarlah hatinya, dan jika mendapatkan pesan dari yang dicintainya maka bertambahlah kecintaannya.
  2. Mengagumi, "Segala Puji Bagi Allah." (Al fatihah:1/2 sesuai mazahab masing2 ) yap, siapa/apa pun yang kita cintai adalah apa-apa yang selalu kita puji-puji.
  3. Ridha/Rela, 
  4. Siap berkorban, "Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah maha penyantun terhadap hamba-Nya." (Q.S. 2:207) 
  5. Takut, "Maka kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (Q.S. 21:90)
  6. Mengaharap (Q.S. 21:90)
  7. Menaati, "Barang siapa menaati Rasul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu) maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka." (Q.S. 4:80)
Nah, dari paparan diatas jelaskan gimana si perasaan cinta itu. Jadi, kalo ngerasa demikian terhadap sesuatu maka bisa dipastikan itu cinta. Perasaan cinta ini bisa berupa cinta kepada Allah atau cinta kepada selain-Nya.

Tapi, gimana si hakikat cinta menurut Islam?
Hakikat cinta bisa dibagi 2, yaitu

  1. Cinta yang mengikuti syariat yang dasarnya adalah iman hal ini dipaparkan dalam Q.S. 3:15, 52:21, 3:170)
  2. Cinta yang tidak mengikuti syariat yang dasarnya adalah syahwat dipaparkan dalam Q.S. 3.14, 80:34-37, 43:67)
Terus, tapi kan banyak yang kita cintai selain Allah, misal kita juga mencintai orang tua kita, barang kesyangan kita, dst. Atau seinget gw ada sebuah kisah tentang Ali bin abi thalib dengan anaknya Hasan. Hasan bertanya, "Wahai ayahku, engkau mengaku mencintai Allah, mencitai rasulullah, mencintai ibuku, mencintaiku, mencintai umat muslim, dst. Bagaimana mungkin hati yang cuma 1 itu mampu mencinta sebanyak itu?" Kemudian Ali bin Abi Thalib menjelaskan," Mencintai Allah itu seperti mendapatkan sumber mata air cinta, yang darinya mampu mengalir menuju cinta yang lain dengan arus yang benar, sehingga semakin besar cinta kita kepada Allah maka semakin besar pula air yang kita peroleh untuk mencintai yang lain." (redaksi kalimat disesuaikan dengan ingatan gw yang masih banyak khilafnya)

At least, dari kisah ini setidaknya kita paham bahwa banyaknya cinta, selama sumber cinta kita dari Allah dan karena Allah maka tidak akan menjadi penghalang bagi cinta yang lain, bahkan dengan mengambil sumber cinta dari Allah justru kita mampu merawat dan meletakkan cinta pada porsi yang diridhai Allah. Maka cinta pun memiliki tingkatannya sendiri, yaitu:

  1. Cinta yang menghamba - hanya dengan Allah- untuk menyembah dan mengabdikan diri (Q.S. 2:21)
  2. Mesra -dengan Rasulullah dan Islam - untuk diikuti
  3. Rasa rindu - dengan kawan dan keluarga seperjuangan dalam memperjuangkan islam - untuk kasih sayang dan saling mencintai (Q.S. 48:29, 5:54-56)
  4. Curahan hati - untuk kaum muslimin umumnya - untuk persaudaraan islam 
  5. Rasa Simpati - pada manusia umumnya - untuk didakwahi
  6. Hubungan hati - hanya dengan benda-benda - untuk memanfaatkan
Dengan demikian, teraturlah perasaan kita, tanpa perlu mencampur adukkan banyak hal yang malah seringkali membuat para pencinta ini menjadi galau bahkan depresi karena cintanya tak seseuai dengan bimbingan Allah swt.

Kemudian, apasih yang dihasilkan cinta?

  1. Menghasilkan loyalitas
  • Mencintai siapa-siapa yang dicintai kekasih
  • Mencitai apa saja yang dicintai kekasih
2. Melepaskan diri (bara'):

  • Membenci siapa saja yang dibenci kekasih
  • membenci apa saja yang dibenci kekasih
Yap! Udah jelaskan apa itu cinta, gimana ciri-cirinya, gimana hakikatnya, dst.... Jadi, udah gak perlu kan nyari-nyari lagi tentang makna cinta disembarang tempat. Nah, jadi kira-kira siapa sih yang paling kamu cintai? :D

Sepercik tentang orientalisme.....


Yak, langsung aja, menurut buku gerakan keagamaan dan pemikiran yang ditulis oleh lembaga WAMY (World Assembly Muslim Youth) mengartikan bahwa:

Orientalisme adalah gelombang pemikiran yang mencerminkan berbagai studi ketimuran yang islami. Yang dijadikan obyek studi mencakup peradaban, agama, seni, sastra, bahasa, dan kebudayaannya. Gelombang pemikiran ini telah memberikan andil besar dalam membentuk persepsi Barat terhadap islam dan dunia islam. Caranya ialah dengan mengungkapkan kemunduran pola pikir dunia islam dalam rangka pertarungan peradaban antara timur (Islam) dengan Barat.

Sedang ust. Rahmat Abdullah dalam mukadimah Manhaj Haraki mengungkapkan bahwa, "Para orientalis mencoba menulis sejarah Rasul dan menampilkan dalam bentuk ilmiah sesuai dengan selera mereka. Banyak diantara mereka menutup mata terhadap unsur harakah (dakwah dan jihad) yang menjadi inti perjalanan hidup rasulullah. Memang terkadang ada pengakuan terhadap keberhasilan rasulullah, tetapi mereka berupaya mengesankannya sebagai suatu hasil kejeniusan, bukan semangat kenabian (risalah)."

*gegara ini gw penasaran gimana si isi buku fiqh jihad yang ketebalannya ngelebihin buku muqadimah ibnu khaldun gw, tapi muahaaal..... sediiih karna istilah jidah telah direkonstruksi ulang oleh media dengan sedemikian kasarnya hingga jauh dari makna aslinya yang mulia T__________T

Kamis, 21 Januari 2016

The Secret

Bismillah....
Di jaman terbuka seperti saat ini, untuk bisa menerima bahwa ada yang dirahasiakan dan disembunyikan bukanlah hal mudah. Bahkan, kerahasiaan seringkali dikonotasikan negatif seakan-akan sesuatu yang disembunyikan itu pastilah suatu hal yang buruk. Memang sih ada sebuah hadits riwayat Muslim yang isinya Nabi bersabda:
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Artinya: Kebaikan adalah akhlak yang baik. Sedang dosa adalah sesuatu yang membuat hati guncang dan bimbang dan kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.
Tapi, kita juga perlu ingat bahwa, rasulullah pernah mengalami dakwah secara sembunyi-sembunyi. Hal yang menganggap bahwa sesuatu yang dirahasiakan itu adalah sesuatu yang buruk dan mencemaskan sayangnya tak hanya lahir dari mereka yang memusuhi dakwah islam. Buktinya seringkali bahkan kader dakwah sendiri merasa terburu-terburu, membuka informasi-informasi yang belum siap untuk diterima masyarakat luas kemudian justru bukannya membantu dakwah, malah menjadi bumerang bagi dakwah itu sendiri. Kerahasiaan ini sebenarnya sesederhana dari bagian strategi dalam upaya menjaga keberlangsungan dakwah islam itu sendiri. Bayangkan saja, seandainya kamu main catur misalnya, terus kamu mengatakan kepada lawanmu, aku mengambil langkah ini kemudian mau mengambil langkah itu dan selanjutnya. Menurutmu, pemain yang demikian akan menang? Ada pula kisah yang disampaikan dalam buku fiqh dakwah berupa:
Sebagian kaum muda bertanya: "Selama jihad itu merupakan fardhu, dan umat Islam telah berjanji menjual diri dan harta untuk Allah, kenapa tidak berjihad dan menyerahkan harta dan jiwa ke jalan Allah?"
Saya jawab:"Orang yang telah menjual diri dan hartanya untuk Allah baginya tidak berhak mengorbankan diri dan hartanya itu DI SEMBARANG WAKTU DAN AMAL SEKEHENDAKNYA, tetapi ia harus dikorbankan pada waktu dan amal usaha yang telah ditentukan oleh syariat islam. Dan Allahlah yang menentukan, yang mengarahkan pada waktu yang mana, dalam kerja apa, dan cara bagaimana harus menyerahkan jiwa dan harta. Apakah ditengah-tengah gangguan, tindasan, penyiksaan, kesabaran, dan ketahanan ataupun di tengah-tengah peperangan, jihad dan perlawanan terhadap musuh-musuh. Kita tidak boleh didorong oleh sentimen dan perasaan melulu, atau terburu-buru ingin cepat memetik hasil serta buahnya. Lalu melakukan aktivitas, usaha-usaha dan pertarungan yang bersifat parsial, ketika mengorbankan jiwa dan harta tanpa membawa keuntungan dakwah yang nyata. Tindakan seperti itu bahkan akan membawa keuntungan dan menambah kekuatan para pendukung kebatilan.
Sehubungan dengan masalah ini orang berkata:"Orang yang telah menjual dirinya untuk Allah, baginya tidak berhak sebelum orang yang menyiksanya, Allahlah yang mempunyai hak atasnya, apakah dia mengampuninya ataupun menyiksanya."
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah semangat juang yang tinggi tak akan pernah membuahkan hasil yang diinginkan jika tidak dibarengi dengan strategi yang matang. Padahal seharusnya cukuplah bagi kita sesama pejuang dakwah untuk selalu berhusnudzon pada pimpinan kita, misalnya anggota departemen A terhadap kepala departemennya, kadep terhadap ketumnya, dll. selama mereka masih menjadikan AL Qur'an dan As sunnah sebagai pedoman langkahnya, seandainya pun khilaf maka cukuplah saling mengingatkan dalam kebaikan kemudian luruskan lagi barisan dan rapatkan shaf. Sebab sesungguhnya, dakwah ini milik Allah bukan milik kita, Allahlah yang memilih siapa-siapa yang menjadi pejuangnya, bukan kadep, bukan ketua. Maka Allahlah sebaik-baik penjaga dakwah ini, tak ada urusan berapa lama seseorang telah berkecimpung di jalan dakwah kemudian kita terjemahkan begitu saja bahwa ia telah lebih bertakwa dibanding seseorang yang baru memperbaiki bacaan Al Qur'annya dengan tulus di usia yang bukan lagi usianya orang belajar. Tak ada urusan anak seorang dai pasti menjadi dai seluar biasa orang tuanya. Karena dakwah ini, hidayah ini, adalah milik Allah. Hanya saja, jikapun lebih didahulukan seseorang itu dipilih karena kualitas dirinya yang mendapat dukungan dakwah dari keluarga maka ia telah memenuhi tujuan-tujuan besar dalam fungsi keluarga(lengkapnya: membangun keluarga). Maka:
"Sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." (Al Hujurat:17)
Padahal sebenarnya, fase rahasia dakwah rasulullah pun tak kemudian serta merta segalanya dirahasiakan. Karena sejak awal setelah diangkat menjadi rasul melalui turunnya surat Al Mudatsir:1-4, tugas pertama muhammad saw adalah menyeru terhadap kaumnya, yaitu:
"Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah." (Al Mudatsir:1-4)
Kemudian ayat yang selanjutnya turun adalah:
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." (Al Hijr:94) 
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat." (Asy syura:214)
Pun kita ingat betul bahwa rasulullah telah mengumumkan terhadap kaum kerabatnya dengan jaminan reputasinya sebagai Al Amin (yang terpercaya) dengan mengatakan bahwa sesungguhnya pemimpin tidak akan mendustai keluarganya dan menyatakan mengenai dirinya bahwa dirinya adalah utusan Allah yang bertugas untuk memberi peringatan dan juga mengajak manusia untuk beriman hanya kepada Allah Yang Maha Esa serta adanya hari pembalasan. Nilai-nilai ini merupakan nilai dasar bahkan misi utama dakwah islam yang tak pernah rasulullah sembunyikan sedikitpun.

Jika demikian, apakah yang perlu dirahasiakan? Pada masa islam masih lemah, penganutnya sedikit, dan bahkan banyak muslim yang berasal dari golongan yang lemah bahkan budak dengan kondisi keimanan yang masih tipis, maka merahasiakan siapa-siapa yang telah masuk islam dan dimana proses pembinaannya merupakan hal yang urgent (penting) demi menjaga keberlangsungan dakwah dan mengamankan saudara seiman dari gangguan yang belum mampu dipikul oleh jamaah islam masa itu. Fase ini merupakan bagian dari strategi rasulullah.

Cukuplah bagi kita untuk mampu berhusnudzon dengan mengingat bahwa dakwah ini milik Allah, maka siapa-siapa yang menginginkan selain keridhoan dari Allah biarkan Allah lah yang menentukan balasannya dan kemudian sesungguhnya mudah bagi Allah untuk menggantikan mereka dengan golongan yang lebih baik.
"Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan bathil; ada pun buih itu, akan hilang sebagai suatu yang tidak ada harganya; ada pun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi; demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan." (Ar-Ra'ad:17)
Dalam risalah pergerakan telah dipaparkan bahwa dakwah memiliki sifat:
  1. Keterusterangan
  2. Kesucian, ianya bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Ia terus berlalu menapaki jalan panjang kebenaran yang digariskan ALlah swt dalam firmannya,"Katakanlah, inilah jalan(agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada jalan Allah dengan hujah yang nyata.'Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik." (Yusuf:108)
  3. Kasih Sayang.
  4. Semua keutamaan hanyalah milik Allah
Maka seharusnya, cukuplah bagi kita untuk menjadikan pemahaman ini sebagai bahan kita untuk mampu berhusnudzon terhadap kerahasiaan yang merupakan strategi dakwah ini. Dan biarkan Allah sebagai pemilik dari dakwah inilah yang jadi penjamin dan penjaganya. Dan biarkanlah segalanya indah pada waktunya dan kepada Allahlah kita berserah diri.

Yuk atur-atur kondisi kantong kita...


Bismillah.... keuangan atau ekonomi atau silat perduitan sekarang udah jadi sorotan tersendiri dan diulas tiada henti. Bahkan hal ini hampir-hampir menyentuh segala aspek pertimbangan kita atas setiap hal. Contohnya aja mau sekolah nengok kantong, mau jalan-jalan nengok kantong, mau makan nengok kantong, mau milih kerjaan nengok kemungkinan seberapa penuh kantong keisi, bahkan nyari jodoh juga akhir-akhir ini udah mulai marak orang-orang yang mempertimbangkan berapa tebel kantongnya baru deh berlanjut, gak berenti disitu udah terbukti juga bahwa banyak kasus perceraian karena kantong, bahkan kalo ngomongin isi kantong bisa menyebabkan persaudaraan terputus, persahabatan kelaut, orang tua dan anak bertengkar....

Tentu aja gak semuanya demikian, hal ini gw paparkan cuma untuk menekankan bahwa hari ini uang yang ada dalam kantong udah menjadi suatu hal yang sangat mempengaruhi hidup manusia. Kondisi kaya gini dipaparkan oleh para ilmuwan dengan istilah materialisme yaitu sebuah  paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sehingga pertimbangan utamanya adalah sesuatu yang tampak, bisa dihitung, bisa dirasakan secara indrawi....

Padahal sebelumnya, indonesia dengan beragam suku dan budayanya memiliki begitu banyak perbedaan tentang apa yang penting dan tidak penting, tapi sekarang segalanya menjadi satu suara, "Yes! Money is a big matter." Hal ini sadar gak sadar, suka gak suka, kebetulan atau ketidak sengajaan seirama dengan protokolat zionisme yang mengatakan bahwa, " kekuasaan agama telah berakhir. Yang berkuasa sekarang hanyalah pemilik emas (uang) saja." Tentu bukan berarti saya menyarankan apa pun yang terjadi di muka bumi ini adalah salah mereka semua, nggaklaaah.... Nyatanya, diantara masyarakat demikian masih banyak yang setia dengan agamanya dan selalu berjuang menghidupkan agamanya dalam kehidupannya sehari-hari. Hanya saja, agar masalah ini tidak menjadi mimpi buruk di malam hari, dan hantu bergentayangan di siang bolong maka saya ingin berbagi hal-hal yang pernah disarankan untuk saya supaya bisa menangulanginya, supaya keuangan kita tetap ditangan kita, didalam kendali kita, bukan menjadi hantu yang merasuki hati kemudian merasukinya dan mengendalikan perasaan kita. Gimana caranya? Let's chek this out gan:

  1. Catat keuangan harian kita, dengan demikian kita tahu kemana aliran dana kita terjun tak terbendung yang gak berimbang sama mata air pendapan. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.
  2. Latih diri supaya bisa membedakan need (kebutuhan) dan want (keinginan). Buat yang gak biasa, tentu mengabaikan keinginan merupakan hal yang syusyahnye bikin pusing pala berbi, saran gw awalnya carilah substitusi dari setiap keinginan, misal mengganti es capucino cincau dengan es kopi biasa aja, apalagi yang udah biasa nongki-nongki di cafe elit, bisa juga mulai meningkatkan skill dengan membuat sendiri makanan yang kamu suka, misal gorengan diluar sana harganya udah 500an atau paling murah 2ribu dapet 3, believe it or not harga tepung sekilo berkualitas harganya cuma 8ribu rupiah, dan artinya dengan 8ribu rupiah kamu udah bisa bagi2gorengan ke tetangga sebelah dan gak melupakan kepuasan makan gorengan dengan selera kamu sendiri. Selain itu, kita juga harus menjaga kesadaran apakah kita ingin menjadi orang yang makan untuk hidup atau hidup untuk makan? Emang ada orang yang hidup untuk makan? ada dooonk... bahkan Allah menjelaskannya pada surat Muhammad:12, "Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-bianatang dan neraka adalah tempat tinggal mereka." Padahal yang kita butuhkan dalam hidup adalah kandungan makanan yang udah kita pelajari sejak SD, yaps karbohidrat, vitamin, mineral, protein, dll yang bendanya gak mesti yang harga puluhan, ratusan, bahkan jutaan rupiah. Dengan begitu, di akhir bulan kamu gak akan terkejut, dengan berkeluh keah," Ya Allah beri hamba uang...." dan menutup akhir bulanmu dengan aneka rasa luar biasa dengan bentuk yang itu-itu aja andalan para mahasiswa, yaitu.... jereng jeng jeng... MIE INSTAN, wkwkwkkwk...
  3. Kalo 2 saran di atas udah berhasil cobalah uji dirimu sendiri untuk mengaplikasikan metode manajemen ekonomi ala-ala nabi Yusuf. Iya nabi yusuf yang itu, yang tampan menawan.... Tapi, jangan cuma mengingat ketampanannya aja yang sebenarnya justru itu merupakan ujian dari Allah. Kalian harus tahu juga bahwa nabi Yusuf diangkat oleh raja mesir sebagai bendahara kerajaan setelah berhasil menafsirkan mimpi raja. Hal ini tertuang dalam Al Qur'an surat Yusuf:46-49 yaitu, "Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujug (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui. Dia yusuf berkata,'Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut (sebagaimana biasa); kemudian apayang kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali SEDIKIT UNTUK KAMU MAKAN.' Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikitdari apa (bibit gandum) yang kamu simpan."
Pada suatu majelis yang pernah gw datangi diterangkan bahwa kenapa yang disarankan untuk dimakan hanya sedikit, bukan setengahnya aja? Padahal lamanya sama, jadi jika dibagi 2 hasil panen harusnya cukup. Dalam ekonomi kebutuhan hal ini tidak bisa sesederhana hitungan matematika. Dalam hitungan ekonomi, kita harus melihat kebutuhan di masa depan akan menjadi lebih banyak, misalnya hari ini kita masih single, tentu fokus kebutuhan kita hanyalah untuk mencukupi kebutuhan pribadi saja, tapi di masa depan, tidak bisa demikian, karena 7 tahun yang akan datang tanggungan kita akan bertambah dari anggota baru hidup kita (suami/istri beserta anak, dll) bahkan harga yang terus melonjak. Maka, saving (tabungan) seharusnya lebih besar daripada konsumsi. Sehingga kita gak terlalu bermasalah saat mendapat tanggungan baru atau tiba-tiba mengalami masa krisis ekonomi. Jadi, teori ini gak cuma berlaku untuk mengatur keuangan negara, tapi juga berlaku untuk mengatur keuangan pribadi. Mengingat dalam bukunya Robert T. Kiyosaki seorang penasihat keuangan (gw gak terlalu menyarankan buat mengikuti segala tekniknya, karena beberapa hal ada yang bertentang dengan aturan islam) menyatakan bahwa seseorang dalam sepanjang hayatnya paling tidak mengalami 2 kali krisis ekonomi. Apalagi seandainya kita mengingat pola periode krisis ekonomi yang semakin cepat pola tahunnya. 

Namun, meski tampaknya sulit, atau memusingkan sebenernya Allah udah bilang kok bahwa setiap kita pasti mendapatkan beberapa ujian, yaitu:
"Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al Baqarah;155)
Jadi, saat gini yang mesti kita lakukan adalah bersabar dalam artian bertawakal kepada Allah dan berjuang semaksimal mungkin termasuk melatih diri kita dari sekarang melalui ilmu dan mencoba mengamalkan ilmu yang kita punya. See you guys... semoga bermanfaat :)

Rabu, 20 Januari 2016

Ngapain sih membangun keluarga?


Bismillah, serem yak judulnya? Tenang, gw gak sedang membicarakan tentang seorang feminis gelombang 1 ataupun gelombang 2 yang merasa perempuan direndahkan oleh nilai dan norma masyarakat yang diwujudkan dalam pranata sosial. Duh, ngomong apa si gw? Wkwkwk.... Gini, gw sendiri termasuk seorang anak yang dibesarkan oleh budaya patriarki yang sangat kental, which means bahwa mau sekeren apa pun perempuan maka ia berkewajiban untuk bisa menjadi seorang ahli dalam 3 hal. Apakah hal itu? Yap, se-indonesia raya pasti tau tentang istilah sumur, dapur, kasur. Ada banyak kondisi dan masalah keluarga yang ada di Indonesia, bukan hanya masalah peran perempuan dalam porsi rumah tangga yang masih terus jadi perbincangan. Tapi, jauh sebelum itu terjadi, seharusnya ada pemahaman bersama tentang apa itu keluarga? Bagaimana tujuannya? Bagaimana hak dan kewajiban masing-masing anggota keluarga itu? dst....

Bagi seorang muslim, masalah keluarga ini mendapatkan lampu sorot yang sangat tajam, hingga nyaris bab keluarga menjadi salah satu bab yang mendapatkan penjelasan yang paling eksplisit dan jelas. Tengok saja, masalah nikah, aurat, waris, suami-istri, anak, dll. merupakan bagian dari ayat al Qur'an yang jelas dalam pemilihan katanya. Kenapa sih keluarga mendapatkan porsian sepenting itu?

Selain segala aturan syariat tersebut, dakwah kepada keluarga dekat merupakan pembuka dari pintu dakwah selanjutnya setelah mendakwahi diri sendiri maupun orang-orang kepercayaan kita. Melalui merekalah kemudian fase dakwah ditentukan. Dan sikap merekalah yang kemudian mampu menjadi penentu gerak dakwah seseorang, apakah kemudian keluarga dan kerabatnya memilih untuk jadi penghalang (seperti Abu Lahab bagi Muhammad saw), mengizinkan meski tidak mengimani (seperti Abu Thalib kepada Muhammad saw), ataupun menjadi pembela utama semacam Khadijah. Dari pranata sosial keluargalah kekuatan sosial seorang dai ditentukan. Seseorang yang dari keluarga yang kuat dan membela Islam tentu akan menjadi kekuatan dakwah yang hebat. Bahkan keluarga seperti inilah yang dicita-citakan Luth dalam menghadapi kaumnya.

Luth berkata, "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan  (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)." (Hud:80)

Juga yang membuat orang-orang kafir Madyan untuk enggan menyerang Nabi Syu'aib:

"Mereka berkata, 'Hai syuaib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antar kami, kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa.'"

Dari sini kita tahu, betapa besar pengaruh sebuah keluarga terhadap kualitas sosial dari anggotanya. Maka, pemahaman yang benar mengenai tujuan sebuah keluarga mestilah dimiliki oleh setiap orang yang belum, maupun yang telah menikah. Sehingga, ikatan yang berlandaskan atas sumpah kepada Allah ini bukanlah sebuah seremonial formalitas belaka apalagi dianggap sebagai akhir cerita seorang pejuang di jalan Allah dan menganggap kehidupan setelah menikah adalah milik mereka berdua saja kemudian happy ending macem dongeng disney yang dikuatkan oleh film2drama. Apalagi pernikahan yang dasarnya cinta buta... Cinta macam begini seandainya menikah gw sering mendapatkan cerita bahwa meski awalnya tampak sangat bahagia bagai film drama korea, namun baru muncul konflik saat terjadi masalah diantara salah satunya. Kemudian yang jadi pertimbangan biasanya adalah rasa gak enak ataupun takut ditinggalkan pasangan. Cinta yang macam ini sama sekali gak akan mampu untuk mengembangkan potensi semua anggota keluarga. Atau bahkan cintanya hanyalah semu belaka, imajinasi, dan jauh berbeda dengan bayangan sebelum menikah.

Maka, sebuah pernikahan yang merupakan setengah dari agama itu, tentunya harus membawa kepada tujuan agama kita, islam (selamat). Sebuah keluarga yang kokoh akarnya yaitu dijalankan atas dasar ibadah kepada Allah, mestilah punya cita-cita yang menjulang ke langit untuk kemudian bersama-sama menggapai ridha Allah. Maka jika sudah demikian, setiap anggota keluarga tahu dengan jelas apa yang dituju, dan bersama-sama saling menguatkan dengan segala upaya agar mencapai tujuan tersebut. Dr. Abdurahman Al Mursy Ramadhan juga mengatakan dalam karyanya Manhaj Ishlah bahwa, "Keluarga merupakan bagian dasar dari struktur bangunan masyarakat dan perbaikannya. Tidak hanya karena peran rumah tangga dan bagaimana seseorang mendukung proyek dakwah, tapi juga karena keluarga merupakan batu pijakan dasar yang orisinil yang tidak ada gantinya dalam membangun sebuah masyarakat, di mana masyarakat tidak akan baik kecuali dengan baiknya keluarga. Tidak pernah tergambar bahwa terdapat sebuah masyarakat muslim yang mulia yang menegakkan prinsip-prinsip islam, sementara rumah tangganya lemah, dan fondasi serta corak kehidupannya jauh dari manhaj Allah.

Dan meski cinta macam ini makin jarang dan sulit kita temui di hari ini, nyatanya masih ada saja yang memperjuangkannya. Tak hanya itu, bahkan ada sebuah kisah nyata yang punya sudut pandang yang gak biasa tentang dakwah, kualitas diri, dan keluarga. Read this out gan! kualitas-cinta-zainab-al-ghazali

Kualitas Cinta Zainab Al Ghazali


Zainab Al Ghazali:

Ketika kita sepakat untuk menikah dahulu, ingatkah kau akan apa yang aku katakan kepadamu tempoh hari?

Suami:

Tentu aku ingat, kau ajukan suatu syarat. Tetapi masalahnya sekarang aku khuatir atas keselamatanmu, sebab sekarang kau sedang berhadapan dengan sizalim itu (Jamal ‘Abdun Nasr).

Zainab Al Ghazali:

Aku masih ingat benar apa yang kuucapkan kepadamu, iaitu:

Kau sebagai calon suamiku harus tahu bahawa aku memikul sesuatu sepanjang hidupku. Kerana kau sudah menyatakan persetujuan untuk menikahiku, maka wajiblah aku untuk mengungkapkan kepadamu dengan harapan agar kau tidak akan bertanya lagi tentang hal itu. 

Tanggungjawab berat yang kupikul sekarang adalah kedudukanku selaku Ketua Umum Jama’ah Assayyidat Al-Muslimat. Dan aku tidak akan melangkah mundur atau keluar dari garis perjuangan ini. Aku yakin bahawa memang suatu waktu aku akan jauh melangkah di medan da’wah sehingga akan terasa bertentangan dengan kepentingan peribadimu dan kepentingan perniagaanmu bahkan dengan kepentingan kehidupan suami isteri. Dan apabila yang demikian itu sudah sampai pada posisi sebagai penghalang da’wah dan rintangan untuk mendirikan Negara Islam, nampaknya jalan kita sudah menjadi saling bersimpangan.

Pada waktu itu kau menundukkan kepalamu ke tanah. Ketika aku angkat mukamu , aku lihat air matamu tertahan pada kelopak matamu. Lalu kau berkata,  
“ Mintalah apa saja yang kau kehendaki!”. 

Namun aku tidak minta apa pun darimu, tidak juga mas kahwin yang biasa diminta calon isteri dari calon suami. Lalu kau berjanji bahawa kau tidak akan melarang aku untuk menunaikan tugas di jalan Allah….

Aku sudah bertekad akan mengesampingkan masalah perkahwinan dari hidupku, agar aku dapat memusatkan perhatian sepenuhnya ke bidang da’wah. Dan kini bukanlah maksudku untuk meminta kau turut serta dalam jihadku ini, melainkan adalah hakku kiranya untuk meminta syarat darimu agar kau tidak melarangku berjihad di jalan Allah. Dan apabila tanggungjawab meletakkan aku di barisan hadapan para mujahiddin, janganlah engkau bertanya kepadaku apa yang aku lakukan. 

Hendaknya antara kita dibina rasa saling percaya. Relakanlah isterimu ini yang sudah menyerahkan dirinya untuk jihad fisabilillah dan demi berdirinya Negara Islam yang sudah menjadi tekadku sejak berusia 18 tahun. Apabila kepentingan perkahwinan berseberangan dengan kepentingan da’wah kepada Allah, maka perkahwinan akan berhenti dan kepentingan da’wah akan terus berlanjut dalam semua kegiatan dan kehadiranku…” Apakah kau masih ingat?

Suami: 

Ya.

Zainab Al Ghazali: 

Kini aku mohon agar kau memenuhi janjimu itu. Jangan bertanya aku bertemu dengan siapa. Dan aku memohon dari Allah agar pahala jihad ini dibahagi antara kita berdua bila Dia berkenan menerima baik ‘amalku ini.
Aku menyedari bahawa memang hakmulah untuk memberikan perintah kepadaku untuk aku patuhi. Akan tetapi 
Allah swt dalam diriku lebih besar dari diri kita dan panggilanNya terasa lebih agung.

Sumber: http://sufiyyimraah.blogspot.co.id/2013/01/kata-kata-zainab-al-ghazali-kepada.html

Selasa, 19 Januari 2016

Kualitas Pribadi Ideal Seorang Da'i


Bismillah, cuma mau jadi pengingat aja, bahwa jauh sebelum muhammad dipilih menjadi rasul yang artinya punya kewajiban untuk mendakwahi kaumnya, muhammad telah disiapkan Allah dengan dididik menjadi seseorang dengan reputasi yang gemilang. Bahkan, selain memiliki 4 sifat utama seorang rasul, dari kaumnya yaitu orang-orang yang mengenalnya telah menggelarinya dengan sebutan Al Amin (yang terpercaya). Tentu itu bukanlah sebuah predikat yang mudah didapatkan, mengingat terkadang sengaja ataupun tidak kita menjadi kurang menjaga amanah dengan berbagai macam alasan, kadang beberapa dari kita bahkan mencari pembenaran dengan kalimat yaitu"Gpp, selama tujuannya baik." Padahal tujuan yang baik baru akan diterima kesempurnaan amalnya jika didertai dengan cara yang benar.

Oleh karena itu kecemerlangan reputasi Muhammad sudah tidak diragukan lagi. Melalui kecemerlangan reputasi pula salah satu dari Asabiqunal Awalun 'orang yang pertama masuk islam' ( Khadijah, Alibin Abu Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar Ash Shidiq) menjalankan perintah Allah untuk berdakwah.... Dan terbukti ada 3 hal yang jika dimiliki seorang dai makaia akan lebih mudah untuk diterima. Reputasi yang dibangun atas 3 hal inilah yang menjadi penarik atas dakwah yang dibawa oleh Rasul dan para sahabatnya, nah apasih 3 hal ini? Yap 3 hal itu adalah:
1. Akhlak. Abu Bakar adalah seorang lelaki yang akrab dengan kaumnya, dicintai, dan disayangi.
2. Pengetahuan. Abu Bakar adalah seorang Quraisy yang paling mngerti atau tahu tentang nasab suku bangsa Quraisy serta masalah kebaikan atau keburukan yang ada pada suku ini.
3. Pekerjaan dan Status sosial. Abu Bakar dikenal sebagai pedagang yang memiliki akhlak mulia. Sering didatangi tokoh-tokoh kaumnya untuk dimintai pendapat mengenai banyak hal.

Maka, kualitas macam inilah yang kemudian perlu kita jadikan target saat kita sadar bahwa setiap muslim adalh da'i. Huft... susah yak, dari awal gw udah tau konsekuensi menjalankan islam ini. Tapi apa daya, gw inget banget waktu SMA secara gak sengaja di meja sekolah ada sebaris tulisan yang seinget gw begini bunyinya,"Jika Allah memutuskan untuk menjadi pelindungmu, maka siapakah yang mampu menghalangi jalanmu. Namun, jika Allah memilih mengabaikanmu, maka siapakah yang mampu jadi penolongmu?" Tulisan yang tertera pada secarik kertas seukuran stiker itu tetep teringat dalam kepala gw, Tentu kemudian hidup gw gak drastis kemudian mencari Allah atau sebagainya yang tampak heroik, enggak... gw menjalani hidup gw seperti biasa, mmmm... mungkin ada yang sedikit berubah dalam cara pandang gw, itu aja. Hahaha... Karena disaat ada orang yang mempercayai Al Qur'an karena kebenaran historik pada surat Ar Rum padahal kejadiannya beberapa tahun setelah ayat itu turun, atau disaat ada orang yang menyukai Al Qur'an karena keajaiban IPTEK yang terus terbukti padahal Al Quran turun 14 abad yang lalu, maka gw sesederhana menyukai Al Quran dimulai dari surat Al Fatihah. Surat yang semua orang hafal. Tapi buat gw, saat gw mengucapkan surat itu dengan sepenuh hati rasanya Allah sedang tersenyum, rasanya dipeluk, dituntun, disayang. Buat gw, segitu juga cukup.... Maka buat gw Allah-lah tempat perlindungan terbaik yang pernah gw rasa. Bukan karena gw disiksa kayak para sahabat yang super kece, nggak, gw sehat wal afiat. Hanya, kepala dan pikiran gw menjadi adem saat gw berpegang kepada Allah. Kemudian segala hal tentang dunia ini yang masih Allah rahasiakan terbuka sedikit demi sedikit. Jadi, saat Allah perintahkan buat berdakawah, yaudin gw sampaikan aja. Nah, setelah tau 3 hal tersebut maka demi memperoleh kasih sayang Allah gw sekarang melakukan uji coba terus menerus untuk bisa menjadi pribadi macem itu.


Senin, 18 Januari 2016

Disonansi Kognisi Muslim Hari Ini


Bismillah, finnaly gw online.. yeay... ekekeke...
hmmm. bahas apa yak...
Ada sebuah pertanyaan besar dalam hidup gw, "kenapa seringkali orang mengalami kondisi dimana perilakunya jauh dari pemahaman yang ia punya?" Ini bahkan hampir berlaku di semua disiplin ilmu bahkan hingga dalam hal beragama sekalipun. Hal ini dalam teori komunikasi disebut dengan teori disonansi kognisi. Festinger menjelaskan bahwa disonansi kognitif adalah diskrepansi atau kesenjangan yang terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten, menciptakan ketidaknyamanan psikologis. Hal ini didukung oleh vaughan &Hogg (2005) yang menyatakan bahwa disonansi kognitif adalah suatu kondisi tidak nyaman dari tekanan psikologis ketika seseorang memiliki dua atau lebih kognisi (sejumlah informasi) yang tidak konsisten atau tidak sesuai satu sama lain.

Nah, apa sebenarnya yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi?
Ingat, point utama yg menyebabkan disonansi kognitif adalah ada 2 kognisi yang tidak selaras yang kemudian menyebabkan orang tersebut mengalami tekanan. Festinger menyebutkan ada dua situasi umum yang menyebabkan munculnya disonansi, yaitu ketika terjadi peristiwa atau informasi baru dan ketika sebuah opini atau keputusan harus dibuat di mana kognisi dan tindakan yang dilakukan berbeda dengan opini atau pengetahuan yang mengarahkan ke tindakan lain. Lebih lanjut Festinger (1957) menyebutkan empat sumber disonansi dari situasi tersebut, yaitu:
a. Inkonsistensi logika
b. Nilai budaya
c. Opini umum
d. Pengalaman masa lalu

Tapi kali ini gw akan menyempitkan pembahasannya dalam kondisi beribadah seseorang khususnya yang beragama Islam saja. Menurut gw kondisi inilah yang digambarkan oleh Abi Bilal dalam menuliskan muqadimah sebuah buku yang berjudul Komitmen Muslim Sejati dengan kalimat, "... Anda lihat mereka (manusia muslim yang sekadar identitas-red) berada di satu lembah, sedangkan Islam berada di lembah yang lain."

Kemudian apakah yang bisa menghubungkan seseorang sehingga tercipta seorang muslim yang berintegritas dalam perilaku dan nilai diri sebagai seorang muslim? Gimana caranya supaya gak merasa mengalami disonansi kognitif gitu? yaaah, minimal gak tertekan secara identitas diri, ekekeke...  Maka, ust. rahmat Abdullah menyampaikan dalam muqadimah yang dibuatnya untuk buku Manhaj Haraki karangan Syaikh Munir Muhammad Al Ghadban yang mampu menjadi "mata rantai yang menghubungkan mereka dengan Rasulullah, bahkan dengan nabi-nabi sebelumnya" yaitu dengan mempelajari dan mengkaji sirah nabawiyah ataupun sejarah islam berdasarkan wa'yu 'kesadaran ilmiah'. Dengan mempelajari sirah nabawiyah, maka ia pasti merupakan bagian integral dari ummatan wahidah. Ia akan mewarisi spirit masa lampau umat Islam yang sangat kaya dan menumbuhkan militansi. Karena itu putusnya mereka dengan sirah nabawiyah  membuat lemahnya ghirah dan ruhul jihad.

Beuh, berat yak bahasanya.... Ya namanya juga nyuplik buku, jadi bahasanya begono.... Kalo gw biasanya menjelaskannya begini, kenapa sih harus mempelajari sirah nabawiyah? Atau jauh sebelum mengenal itu, gw berpikir gini, "Kan semua manusia di muka bumi ini yang muslim paham yak, bahwa Allah menciptakan manusia dan Jin untuk beribadah.... Nah, ada kalimat lagi yang meneguhkan bahwa segala hal itu bisa bernilai ibadah buat orang Islam soalnya Islam kan agama yang sempurna, jadi bahasannya mencakup segala hal.... etapi kalo buka Al Quran doank, kan pusiang luar binasa, dan selalu muncul pertanyaan setiap dikasih pemahaman, trus gw kudu kumaha (gimana)? Nah, cara menjalankannya mau liat siapa lagi kalo bukan Rasulullah... jadi, kenape si yang disuruh berdakwah tuh gak malaikat aje, cem maunya orang kafir? Ya keleus, kalopun digituain jg gw pikir abis itu mereka ngeles, itu malaikat makannya bisa gitu, kita mah manusia, udah biar malaikat aja yg berjuang, malaikat gak tau kan betapa susahnya jadi manusia? Betapa beratnya hidup jadi manusia? dst.... Nah, menurut gw (inget yak ini menurut gw, jadi gw menyarankan cari referensi yang lebih oke dan terpercaya, maksudnya baca sendiri Al Quran, manhaj haraki, tafsir, dll) inilah salah satu kenapa yg diperintahkan untuk jadi rasulullah predikat teragung termulia, ngalahin Malaikat, Raja, Ratu, Presiden, Perdana Mentri, Ibu, Bapak, dll. harus dari manusia. Iya, supaya kita bisa menirunya. Toh sama-sama manusia, jadi kita gak akan terkendala banyak masalah indrawi yang udah pada taulah ya, kalo kualitas indra manusia itu sangat terbatas. Jadi enak tuh, mau nanya apa bisa ditulis, sampaikan, wariskan. Dan serunya khusus Al Qur'an jaminan mutunya terjaga dan dijamin langsung sama Allah, nah.... kurang terpercaya apalagi coba? Yah, kalo gak percaya berarti gak mengimani rukun islam dengan sempurna, gitu aja.... Dan you know what? reputasi macam apa yang diperlukan untuk jadi periwayat hadits? Udah gak usah bayangin, berat coooy.... verivikasi kualitas personal ngalahin audit buat jadi ketua KPK pokoknya. Udah gitu meski super terpercaya. Seandainya kalo riwayat hadits doi terbukti bertentangan dengan Al Qur'an, maap-maap aje... hadits ngana (kamu) ditolak mentah-mentah. Kenapa Al Al Qur'an yang jadi alat verivikasi hadits? Ya karena Rasulullah gak mungkin melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah yang tertera di Al Qur'an. Dan Al Qur'an terjamin keasliannya.

Dengan begitu, saat kita melakukan sesuatu kita punya tuh referensi, kira-kira Allah sukanya saya harus gimana ya? Trus Rasulullah nyontohin buat ngadepin kondisi kayak gini gimana yak? Orang-orang jaman itu kondisi kayak apa? Kira-kira orang-orang yang dijamin masuk surga kaya gimana ya? Berarti standar masuk surga ya kayak gitu. Nah, gimana kalo gak baca sirah nabawiyah? Maka orang tersebut tidak akan mendapatkan tsabat. Sebab, doi tidak berada dalam suatu gelombang dengan rasulullah dan para sahabatnya. Kalo diumpamakan sirah ini sebagai satu sender (pesawat pemancar) siarannya akan ditangkap baik apabila kita memasang gelombang yang sama di receiver (pesawat penerima).

Nah, jadi gak terjadi lagi kondisi bingung dan tertekan yang disebabkan oleh 2 kognisi. Karena dengan mengetahui bagaimana Rasulullah menjalani hari-harinya kita udah tau diantara 2 kognisi itu mana yang bisa mengantarkan kita kepada Allah, yang lebih aman, dan lebih terjamin keberhasilannya dan harus sesuai dengan kognisi utama identitas kita sebagai muslim, sehingga cuma ada 1 kognisi utama dan memposisikan kognisi yang lain pada tempatnya. Karena kalo kata Dr. Yusuf Al Qardhawy dalam buku fiqh negara "Bukanlah orang cerdas yang hanya tahu membedakan antara kebaikan dan kejahatan. Tapi, orang yang cerdas adalah orang yang tahu membedakan antara yang lebih baik dari yang baik dan yang jahat dengan yang lebih jahat."

Yah, kalo jaman sekarang udah jauh terpisah dari pemahaman sejarah rasulullah wajar aja banyak orang desperate yang bilang, "gw udah gak bisa bedain lagi mana yang baik dan yang buruk." boro2bedain mana yang lebih baik dari yang yang baik dan yang jahat dengan yang lebih jahat. ekekekeke.... Dilanjut nanti ya gaaan.... segini dulu aje.... see yaaa....