Senin, 27 Mei 2013

Iron Man 3, Megalomia, dan Syuro!


Bismillah,....
Pertama, gw mau bilang finnaly gw nonton Iron Man 3, meski di kosan, tapi enough-lah karena gw nonton pake LED Flat Screen Samsung 19 inchi dan speaker ekstra yang lumayan dahsyat dengan efek bioskop pake gaya lampu kamar dimatiin. Hohohooho....

Ok, kali ini Iron Man 3 menceritakan tentang Tony Stark melawan Mandarin. Tony Stark yang seorang Mechanic dan Mandarin yang ahli Biologi membuat gw berpikir, ini gaya perang anak teknik mesin lawan anak Biologi, berasa iklan peps*dent herbal yang series 2 anak kecil ribut mana yang lebih penting antara alami dan ilmiah, ahahahah #no offense ^_^v


Balik lagi ke inti catatan ini ya, hehe... Dalam series ini dikisahkan Tony Stark mengalami anxiety attack (serangan panik/kegelisahan) pasca pertempurannya di New York melawan para Alien melewati Black Hole (lebih lengkap tonton aja The Avenger). Kemudian, dari berbagai scene gw menyimpulkan bahwa negara Amerika terlalu mengandalkan Tony Stark dalam menghadapi penjahat, di sisi lain Tony dengan gejalanya berupa anxiety attack mengalami trauma dan membawa jubah perangnya (kostum Iron-Man) kemanapun bahkan memodifikasi jubah perangnya agar bisa dipanggil dari jarak jauh dengan menanamkan sesuatu di tubuhnya sebagai semacam remote. Hal ini, menunjukkan kebergantungan dan perasaan ketakutan Tony Stark terhadap jubah perangnya setelah mendapati musuh yang kian kuat bahkan unpredict. Bayangkan saja, kejahatan tingkat internasional bahkan luar angkasa harus dipikulnya.

Meskipun dalam keadaan mengalami trauma berupa anxiety attack seorang Tony Stark tak luput mengalami suatu jebakan kepahlawanan, dalam buku Mencari Pahlawan Indonesia, Anis Matta  menyebutnya sebagai Megalomia dengan mengundang dan menantang Mandarin secara frontal dan meyiarkannya ke seluruh dunia melalui media massa. Lalu, apakah Megalomia itu? Berikut catatan Anis Matta tentang Jebakan Megalomia:

Terlalu tipis memang. Tapi bukan tidak mungkin untuk ditemukan selama kita jujur: nilakah amarah dan ambisi ini, atau embun. Hanya, ini juga bisa jadi awal dari riwayat megalomania yang panjang. 
Suatu saat ketika kamu merebut kemenangan demi kemenangan, kekuasaan yang semakin bertumpuk. Musuh sudah kau taklukkan semua. Tak ada lagi yang berani melawan. Semua orang mulai tunduk padamu. Di sekelilingmu hanya ada para pemuja. Musuhmu menyelinap ke dalam bentengmu. Ke dalam dirimu sendiri. Halus. Sampai kau bahkan tak mengenalnya. Kamu mulai merasa besar.
Itulah awalnya. Kamu mulai merasa besar.
Kamu sebenarnya layak merasa begitu. Sebab kemenangan-kemenanganmu. Pengakuan musuh-musuhmu. Kekaguman sahabat-sahabatmu. Kekuasaanmu yang terbentang luas. Kamu memang hebat. Dan besar. Itu fakta. Tapi itulah jebakannya. Merasa besar itu.
Seperti itulah pada mulanya. Fir’aun merasa besar. Lalu merasa mirip-mirip Tuhan. Kemudian merasa layak jadi Tuhan. Maka, ia pun berseru, lantang, di tengah gelombang massa rakyatnya yang patuh-patuh itu, “Akulah Tuhan kalian.” 
Luar biasa rumitnya. Kamu hebat. Tapi tidak boleh merasa hebat. Kamu besar. Tapi tidak boleh merasa besar. Kamu berkuasa. Tapi tidak boleh merasa berkuasa. Fakta dan perasaan tentang fakta yang harus dipisah. Kekuasaan dan perasaan tentang kekuasaan yang harus dijauhkan. Itu menyakitkan. Orang-orang tidak menyukai situasi itu.
Ini perjuangan yang berat. Temanya adalah belajar memahami asa] usul kita sebagai manusia. Kamu diciptakan. Kamu tidak menciptakan. Kamu hadir ke dunia tanpa apa-apa. Terlalu banyak orang berjasa atas dirimu. Terlalu banyak yang tidak kamu tahu. Terlalu banyak yang tidak kamu kendalikan. Kamu bisa kendalikan angin? Laut? Gunung? 
Kamu sebenarnya tidak hebat benar. Tidak berkuasa benar. Jadi kamu tidak punya alasan untuk merasa hebat atau berkuasa. Apalagi merasa mirip Tuhan. Apalagi merasa layak jadi Tuhan. Lihat saja Fir’aun. Mati ditelan laut. Lihat saja Soekarno. Jatuh juga dari kekuasaannya. Lihat juga Soeharto. Lengser juga akhirnya. 
Khalid bin Walid mungkin tersanjung. Bait-bait sanjungan dan kekaguman sang penyair membuatnya berbunga. Dia memang hebat. Sebagai panglima perang atau Gubemur Qinnasrin. Dan dia merasa hebat. Perasaan itulah yang membuatnya bermurah hati. Ia menghadiahi sepuluh ribu dirham untuk sang penyair. 
Tapi itulah sebabnya. Atau salah satu sebabnya. Lelaki yang hebat. Sangat berkuasa. Ditakuti musuh. Dikagumi sahabat. Tapi dia melanggar tabu. Dia merasa hebat, tersanjung, lalu terjebak. Sepuluh ribu dirham ini memang dari koceknya sendiri. Tapi itu terlalu boros untuk menghargai sebuah sanjungan. Maka, Umar pun memecatnya.
Lalu, bagaimana Pahlawan Mukmin sejati mengatasinya? Mengatasi beban yang begitu berat untuk dipikul pundak sendiri? Mengatasi agar diri tak terjebak dalam Megalomia yang menistakan hati? Dalam buku Menikmati Demokrasi Anis Matta menyampaikan keunggulan syuro terhadap psikologis individu:

Sebagai sebuah keputusan, produk syuro selalu mengandung resiko. Dan sepanjang yang kita lakukan dalam syuro adalah mendefenisikan mashlahat 'ammah atau mudharat yang bersifat asumtif, maka selalu ada resiko kesalahan. Atau, setidak-tidaknya "tempo kebenarannya" sangat pendek. Sehingga, harus cepat diubah dengan keputusan baru. Akan tetapi, kesalahan seperti ini mengurangi beban rasa bersalah karena beberapa hal. 
Pertama, karena secara kolektif kita telah menempuh prosedur pengambilan keputusan secara benar. Sehingga, dengan mudah kita dapat menemukan letak kesalahan, yaitu pada asumsi-asumsi yang mendasari keputusan. Atau, pada munculnya perkembangan baru yang tidak terduga sebelumnya. Ini semua merupakan bagian dari kelemahan manusiawi kita yang tidak terhindarkan dan berada di luar kemampuan manusiawi kita —dan pada waktu yang sama menunjukkan ketidakterbatasan ilmu Allah swt. Tapi, seandainya keputusan ini diambil secara indvidual, kesalahannya menjadi lebih banyak. Bisa pada prosedur juga pada muatan keputusannya sekaligus.
Kedua, kesalahan ijtihad jama'i lebih bisa ditanggung resikonya karena kita menanggungnya bersama-sama.Jadi, kesalahan itu tidak dibebankan kepada satu orang, walaupun mungkin keputusan syuro berasal dari gagasan seorang individu anggota majlis syuro. Maka, sebagaimana keputusan diambil secara bersama, resikopun dibagi secara bersama. Tentu saja ini membuat beban resiko menjadi lebih ringan. Dan lebih dari itu, kita tidak perlu mencari kambing hitam untuk menanggung semua resiko. Dengan begitu distribusi beban yang disebar secara merata akan memperkuat tingkat soliditas organisasi dan menjaga rasa saling percaya antara sesama Junud (anggota) dan antara junud dengan qiyadah (pimpinan).
Huaaaahhhh, jadi kasihan sama Tony Stark yang akhirnya membuang salah satu potensinya dengan melempar sumber energi Iron Man ke laut yang semula menjadi kebanggaannya. Seandainya bebannya bisa dibagi, mungkin hal itu tak akan terjadi. Tapi seorang muslim tak boleh membuka celah hati untuk setan dengan membuat pengandaian, jadi ya sudahlah. Lagian Tony Stark The Mechanic can build anything good else. Mesin Waktu mungkin, dan balik ke Tahun 1890-an dan become Sherlock Holmes. Hohoho...

Anyway, aku belom dapet kabar apakah Iron Man akan berlanjut atau selesai sudah riwayatnya? Menurut kebiasaan film Hollywood kalo ratingnya bagus, menguntungkan dan masih menjanjikan si biasanya lanjut. Hohoho... So, Let's wait for the next.... See ya....

2 komentar:

  1. waaa tapi coba telisik lebih dalam lagi de teh, sepertinya beda solusi syuro dalam islam dengan demokrasi, untuk menjadi peserta syuro haruslah punya kemampuan ilmu islam, kita mesti berhati-hati pencampuran yg menjadi abu2, asal demokrasikan dari barat teh, pemikirannya tak berlandaskan islam gmn donk :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ok nih, komennya, hohooho, next project ya, kita cari bedanya demokrasi dan syuro, hohohoho... sementara ini ambil baiknya dari demokrasi yang setidaknya dari banyak sistem kenegaraan yang ada dimuka bumi sepanjang sejarah manusia kecuali khilafah, demokrasi menjadi sistem yang memudahkan siapa pun untuk bergerak, mau yang jahat ataupun yang baik, jadi kenapa tak kita jadikan kesempatan ini untuk berlomba berbuat baik. Anyway thx berat komennya :D

      Hapus