Kamis, 21 Januari 2016

Yuk atur-atur kondisi kantong kita...


Bismillah.... keuangan atau ekonomi atau silat perduitan sekarang udah jadi sorotan tersendiri dan diulas tiada henti. Bahkan hal ini hampir-hampir menyentuh segala aspek pertimbangan kita atas setiap hal. Contohnya aja mau sekolah nengok kantong, mau jalan-jalan nengok kantong, mau makan nengok kantong, mau milih kerjaan nengok kemungkinan seberapa penuh kantong keisi, bahkan nyari jodoh juga akhir-akhir ini udah mulai marak orang-orang yang mempertimbangkan berapa tebel kantongnya baru deh berlanjut, gak berenti disitu udah terbukti juga bahwa banyak kasus perceraian karena kantong, bahkan kalo ngomongin isi kantong bisa menyebabkan persaudaraan terputus, persahabatan kelaut, orang tua dan anak bertengkar....

Tentu aja gak semuanya demikian, hal ini gw paparkan cuma untuk menekankan bahwa hari ini uang yang ada dalam kantong udah menjadi suatu hal yang sangat mempengaruhi hidup manusia. Kondisi kaya gini dipaparkan oleh para ilmuwan dengan istilah materialisme yaitu sebuah  paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sehingga pertimbangan utamanya adalah sesuatu yang tampak, bisa dihitung, bisa dirasakan secara indrawi....

Padahal sebelumnya, indonesia dengan beragam suku dan budayanya memiliki begitu banyak perbedaan tentang apa yang penting dan tidak penting, tapi sekarang segalanya menjadi satu suara, "Yes! Money is a big matter." Hal ini sadar gak sadar, suka gak suka, kebetulan atau ketidak sengajaan seirama dengan protokolat zionisme yang mengatakan bahwa, " kekuasaan agama telah berakhir. Yang berkuasa sekarang hanyalah pemilik emas (uang) saja." Tentu bukan berarti saya menyarankan apa pun yang terjadi di muka bumi ini adalah salah mereka semua, nggaklaaah.... Nyatanya, diantara masyarakat demikian masih banyak yang setia dengan agamanya dan selalu berjuang menghidupkan agamanya dalam kehidupannya sehari-hari. Hanya saja, agar masalah ini tidak menjadi mimpi buruk di malam hari, dan hantu bergentayangan di siang bolong maka saya ingin berbagi hal-hal yang pernah disarankan untuk saya supaya bisa menangulanginya, supaya keuangan kita tetap ditangan kita, didalam kendali kita, bukan menjadi hantu yang merasuki hati kemudian merasukinya dan mengendalikan perasaan kita. Gimana caranya? Let's chek this out gan:

  1. Catat keuangan harian kita, dengan demikian kita tahu kemana aliran dana kita terjun tak terbendung yang gak berimbang sama mata air pendapan. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.
  2. Latih diri supaya bisa membedakan need (kebutuhan) dan want (keinginan). Buat yang gak biasa, tentu mengabaikan keinginan merupakan hal yang syusyahnye bikin pusing pala berbi, saran gw awalnya carilah substitusi dari setiap keinginan, misal mengganti es capucino cincau dengan es kopi biasa aja, apalagi yang udah biasa nongki-nongki di cafe elit, bisa juga mulai meningkatkan skill dengan membuat sendiri makanan yang kamu suka, misal gorengan diluar sana harganya udah 500an atau paling murah 2ribu dapet 3, believe it or not harga tepung sekilo berkualitas harganya cuma 8ribu rupiah, dan artinya dengan 8ribu rupiah kamu udah bisa bagi2gorengan ke tetangga sebelah dan gak melupakan kepuasan makan gorengan dengan selera kamu sendiri. Selain itu, kita juga harus menjaga kesadaran apakah kita ingin menjadi orang yang makan untuk hidup atau hidup untuk makan? Emang ada orang yang hidup untuk makan? ada dooonk... bahkan Allah menjelaskannya pada surat Muhammad:12, "Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-bianatang dan neraka adalah tempat tinggal mereka." Padahal yang kita butuhkan dalam hidup adalah kandungan makanan yang udah kita pelajari sejak SD, yaps karbohidrat, vitamin, mineral, protein, dll yang bendanya gak mesti yang harga puluhan, ratusan, bahkan jutaan rupiah. Dengan begitu, di akhir bulan kamu gak akan terkejut, dengan berkeluh keah," Ya Allah beri hamba uang...." dan menutup akhir bulanmu dengan aneka rasa luar biasa dengan bentuk yang itu-itu aja andalan para mahasiswa, yaitu.... jereng jeng jeng... MIE INSTAN, wkwkwkkwk...
  3. Kalo 2 saran di atas udah berhasil cobalah uji dirimu sendiri untuk mengaplikasikan metode manajemen ekonomi ala-ala nabi Yusuf. Iya nabi yusuf yang itu, yang tampan menawan.... Tapi, jangan cuma mengingat ketampanannya aja yang sebenarnya justru itu merupakan ujian dari Allah. Kalian harus tahu juga bahwa nabi Yusuf diangkat oleh raja mesir sebagai bendahara kerajaan setelah berhasil menafsirkan mimpi raja. Hal ini tertuang dalam Al Qur'an surat Yusuf:46-49 yaitu, "Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujug (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui. Dia yusuf berkata,'Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut (sebagaimana biasa); kemudian apayang kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali SEDIKIT UNTUK KAMU MAKAN.' Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikitdari apa (bibit gandum) yang kamu simpan."
Pada suatu majelis yang pernah gw datangi diterangkan bahwa kenapa yang disarankan untuk dimakan hanya sedikit, bukan setengahnya aja? Padahal lamanya sama, jadi jika dibagi 2 hasil panen harusnya cukup. Dalam ekonomi kebutuhan hal ini tidak bisa sesederhana hitungan matematika. Dalam hitungan ekonomi, kita harus melihat kebutuhan di masa depan akan menjadi lebih banyak, misalnya hari ini kita masih single, tentu fokus kebutuhan kita hanyalah untuk mencukupi kebutuhan pribadi saja, tapi di masa depan, tidak bisa demikian, karena 7 tahun yang akan datang tanggungan kita akan bertambah dari anggota baru hidup kita (suami/istri beserta anak, dll) bahkan harga yang terus melonjak. Maka, saving (tabungan) seharusnya lebih besar daripada konsumsi. Sehingga kita gak terlalu bermasalah saat mendapat tanggungan baru atau tiba-tiba mengalami masa krisis ekonomi. Jadi, teori ini gak cuma berlaku untuk mengatur keuangan negara, tapi juga berlaku untuk mengatur keuangan pribadi. Mengingat dalam bukunya Robert T. Kiyosaki seorang penasihat keuangan (gw gak terlalu menyarankan buat mengikuti segala tekniknya, karena beberapa hal ada yang bertentang dengan aturan islam) menyatakan bahwa seseorang dalam sepanjang hayatnya paling tidak mengalami 2 kali krisis ekonomi. Apalagi seandainya kita mengingat pola periode krisis ekonomi yang semakin cepat pola tahunnya. 

Namun, meski tampaknya sulit, atau memusingkan sebenernya Allah udah bilang kok bahwa setiap kita pasti mendapatkan beberapa ujian, yaitu:
"Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al Baqarah;155)
Jadi, saat gini yang mesti kita lakukan adalah bersabar dalam artian bertawakal kepada Allah dan berjuang semaksimal mungkin termasuk melatih diri kita dari sekarang melalui ilmu dan mencoba mengamalkan ilmu yang kita punya. See you guys... semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar